Rabu, 14 Desember 2011

Dusk and Dawn


you cry the clouds when it's sunny and burn the sky when it's rainy.

you rise the stars when it's dawn and drown the moon when it's dusk.

.....


Seperti senja, kamu membawa dingin hembusan angin malam bersamaan dengan hangat jingga langit sore.

Seperti fajar, kamu membawa dingin beku suhu udara pagi bersamaan dengan hangat sinar terbitnya surya.

Seperti senja dan fajar, kamu melukiskan matahari dan bulan bersamaan dalam satu bingkai langit yang beralih memudar dan memutar warna.

Bersama Kebersamaan


Kita sudah mengayunkan jutaan langkah bersama.
Kita sudah mengusap milyaran peluh bersama.
Kita sudah menopang ribuan tulang satu sama lain.
Kita sudah menggambarkan trilyunan mimpi dalam kesendirian malam.
Kita sudah melafalkan milyaran mimpi dalam keramaian tawa.
Kita sudah meneriakkan ratusan suara dukungan.
Kita sudah menyanyikan ribuan nada dengan hati kita.

Kita melebur pada suatu konsep masa peralihan.
Kita berlari dari dunia fantasi yang sempurna ke setengah realita.
Kita mempersiapkan diri menghadapi realita sseutuhnya.
Kita memaknai potongan-potongan kecil hidup sebagai pelajaran.
Kita menyatu dan terikat dalam sebuah tali berlabel perbedaan.
Kita memiliki jiwa satu sama lain tanpa diarahkan.
Kita memahami dan mengandalkan diam-diam.

Kita bersama sejak kebersamaan berarti harus selalu bersama dan memamerkan ikatan kebersamaan dalam susunan aturan tertentu, sampai yang tersisa hanya kebersamaan batin dan jiwa serta dukungan, pengertian, dan mimpi yang selalu terbang bersama dan ternyata lebih kuat dari kebersamaan manapun.

Lebih Buta


Dulu aku melihatmu dalam buta.

Meraba-raba dalam hitam. Aku tak punya mata, tapi kata mereka aku punya hati. Walaupun menurutku yang aku punya adalah keyakinan. Keyakinan bahwa kamulah yang kuinginkan. Keyakinan yang semakin pekat pada ruang yang semakin gelap. Aku tak mampu melihat apapun. Aku hanya tahu bagaimana diriku, tanpa mau tahu bagaimana dirimu. Aku tahu aku mendambakanmu, tanpa mau tahu seperti apa dirimu.

Aku menyentuh matamu dan aku tahu mata itu indah. Tidak peduli ke arah mana mata itu melihat. Aku menyentuh dadamu dan merasakan detak jantungmu. Tanpa tahu apa yang disenandungkan ritme degupannya.
Aku tak perlu melihat mana yang baik dan mana yang tidak. Aku tahu semua hitam.

Dengan begitu aku tergila-gila.


Lama-lama aku lelah meraba-raba.

Aku berjalan perlahan ke arah kontak lampu. Berusaha menyalakannya.

Mencari sedikit cahaya yang aku pikir akan membantuku. Mencari cerah yang aku pikir akan berwarna. Mencari binar yang aku pikir akan menerangi.
Aku merangkak dari jatuh dalam langkahku menuju sesorot sinar. Merangkak dari jatuh untuk tujuan yang sesungguhnya tak aku inginkan. Aku tak benar ingin menyalakan lampu. Aku hanya lelah meraba-raba. Kenapa tidak duduk diam saja di dalam gelap? Sampai akhirnya aku meraih kontak lampu. Banjir cahaya menerobos masuk ke mata besarku.

Aku pikir aku akan bergerak lebih mudah dalam terang. Aku pikir aku tak akan lagi kelelahan meraba-raba. Ternyata silau menyakitkan.

Lalu aku menjadi gila.


Sekarang aku sekarat untuk menjadi gila.

Cahaya disekitarku terlalu banyak. Mereka membunuhku. Mereka bergerombolan maju bersamaan ke arahku dengan pisau terasah di genggaman masing-masing.

Aku melihat terlalu banyak. Tahu terlalu jauh. Mengerti terlalu dalam. Aku juga menilai terlalu banyak. Berharap terlalu jauh. Dan akhirnya kecewa terlalu dalam.
Tentang sosokmu. Aku meneteskan banyak darah. Pisau-pisau mereka tak mau berhenti menyayat. Ternyata terang lebih melelahkan. Aku berusaha meredupkan dan perlahan mematikan lampu lagi. Aku ingin kembali lebih membutakan diri. Aku ingin kembali memelukmu pada hamparan hitam. Aku mau kembali merasakanmu tanpa harus melihatmu.

Seperti itulah aku ingin tergila-gila lagi.



..........


aku ingin kembali buta. membutakan diri. lebih buta lagi...

Kenapa Kamu?

Karena aku sudah meninggalkan banyak hal, membuang banyak hal, merusak banyak hal, mengorbankan banyak hal, dan mengacaukan banyak hal...

Karena aku sudah melewati banyak hal, menggilai banyak hal, merasakan banyak hal, mencintai banyak hal, dan menghadapi banyak hal...

Karena aku pernah bahkan tergila-gila, lalu menjadi hanya gila, dan ingin kembali lebih dengan tergila-gila...

...Dalam seluruh waktumu menjadi bagian utama diriku.


...Dalam perjuanganku memiliki seutuhnya dirmu.

Senin, 21 November 2011

rasa empat musim



salju turun di luar jendela pada suatu malam.

kamu duduk di sofa depan perapian. nyaman dan hangat. tapi akhirnya kamu memilih beranjak, memakai baju hangat, jas wol panjang, kaos kaki, syal, sepatu boot, dan sarung tangan. kamu ingin keluar. memaksa dirimu meningglkan kenyamanan dan kehangatan lalu merasakan beku. di luar kamu melihat anak-anak kecil berjalan sambil melemparkan bola salju lalu tertawa lepas. sekarang kamu sadar. beku ini bisa kamu nikmati. sebut saja ini musim moving on from love.

.....


bunga mekar di luar jendela pada suatu pagi.

kamu membuka mata dari tidur nyenyak dan mimpi indah. menarik napas dalam-dalam menghirup aroma rumput yang segar. memejamkan mata perlahan dan meresapi kicauan burung. mereka terbang di bawah bentangan biru yang cerah. lalu kamu tersenyum. bahagia. semuanya indah dari sudut pandang apapun. bahkan saat kamu membuka ataupun menutup mata. sebut saja ini musim falling in love.

.....


matahari menyengat di luar jendela pada suatu siang.

kamu berjalan menyusuri bibir pantai. merasakan angin pantai lembut membelai pipimu. merasakan halus pasir putih yang diselingi air laut membasuh telapak kakimu. mendengar deburan ombak. lalu kamu mulai bernyanyi. menari-nari mengikuti detak jantung dan cucuran keringat yang terus berpacu. kulitmu terbakar, tapi kamu tak peduli. rasa ini terlalu kuat. sebut saja ini musim on fire at love.

.....


daun gugur di luar jendela pada suatu sore.

kamu diam. merasakan lelah menjalari seluruh sendi tubuhmu. merasakan perih menyeterum setiap sel sarafmu. kamu mulai melangkahkan kaki keluar dan menuju taman. jalanan dipenuhi warna orange dan cokela karena dipenuhi daun dan ranting kering. kamu duduk di kursi kayu di sudut taman. melamun, tatapanmu kosong melihat langit yang mulai menyembunyikan sinar matahari darimu. sebut saja ini musim broken by love.

.....


lalu kamu sadar musim akan terus berganti seperti itu. berputar terus-menerus sesuai masanya. begitulah adanya.

sayang, kemana kamu setiap hujan turun?

sayang, sore ini hujan turun lagi.
aku dalam perjalanan pulang dan aku basah kuyup.
aku kedinginan sampai tulang karena dirasuki beku yang ditiupkan angin kencang.
aku menggigil menggigit bibirku yang membiru.
aku menarik-narik ujung kaosku dengan jari yang mengeriput.
kamu dimana?

sayang, siang ini hujan turun lagi.
aku berlari menuju warung kecil yang tutup di pinggir jalan.
aku tidak begitu basah, hanya tak tahu bagaimana bisa pulang.
aku sendirian menunggu malaikat menurunkan payung.
aku tak menemukan siapa-siapa.
kamu dimana?

sayang, pagi ini hujan turun lagi.
aku bahkan belum sempat melangkahkan kakiku keluar.
aku menyabarkan diri berharap hujan mereda.
aku menunda semua urusanku dan kembali duduk di atas kasur.
aku melihat ke luar jendela dan tak bisa berbuat apapun.
kamu dimana?

sayang, malam ini hujan turun lagi.
aku diserbu air, angin, dan gelap malam.
aku melirik ke seluruh sudut kamar lalu melirik pintu dan jendela.
aku berharap ada seseorang atau sesuatu apapun yang bisa menenangkanku.
aku takut, dunia terlihat kosong dan sunyi.
kamu dimana?

sayang, hari ini hujan turun lagi.
aku tahu kamu bahkan jarang berdiri di bawah awan pekat.
aku tahu kamu selalu sudah berada di bawah sepotong atap sebelum awan itu mengitam dan mulai memuntahkan isinya.
aku tahu kamu selalu punya payung jika terpaksa harus mencicipi air langit itu.
tapi sayang, tolong aku yang tak punya yang kamu miliki.
pasal 1
"it will never work!"
pasal 2
"i don't need you. i gave up my expectation on you."
pasal 3
"when i started expecting again, you're best at letting me down. so back to pasal 2 then turn to pasal 1."

#cintamengajarkanaku pulang
-@hurufkecil

Selasa, 08 November 2011

Rumah.


Kita akan pulang.
Lalu membaringkan tubuh yang kelelahan diatas kasur empuk.

Kita akan pulang
Lalu meluruskan tulang-tulang yang sudah hampir roboh dan tak sanggup menopang tubuh.

Kita akan pulang.
Merelaksasi saraf yang hampir mengalami gagal sistem.

Kita akan pulang.
Memejamkan mata yang lelah melihat atau bahkan berair mata.

Kita akan pulang.
Membersihkan diri dari apa-apa yang mengotori diri, pikiran, atau bahkan hati.

Kita akan pulang.
Menyembuhkan sekian banyak luka setelah jatuh berulang kali.

Kita akan pulang.
Mencari kewarasan dari perjalanan panjang yang membuat gila.

Kita akan pulang.
Berteduh pada atap yang tepat setelah berkali-kali melewati jalan yang salah atau bahkan memasuki pintu yang salah.


*****

Kita akan pulang.
Ke rumah yang sama.
Jika akulah rumahmu, dan kamulah rumahku.

Sabtu, 22 Oktober 2011

Burned. Buried. Flown. And Left Behind.

Something's burned.
Something's buried.
Something's flown.
Something's just left behind.

.......


Baiklah. Kita akan bicara sedikit tentang memori. Tentang ingatan. Klasiknya, tentang kenangan.

Bagi saya yang belajar psikologi, ingatan itu akan kita catat di dalam catatan otak kita jika sesuatu yang kita catat itu berarti. Sesuatu itu harus kita anggap, setelah itu baru bisa kita ingat. Kalau tidak kita anggap, sesuatu itu akan lewat begitu saja.

Secara sederhana, sama seperti teori atensi, dari sekian banyak impuls atau rangsangan yang ada, tidak semuanya kita perhatikan atau atensi. Sesuai Bottleneck Theory yang menjelaskan tentang atensi, selayaknya leher botol, tidak semua yang dituangkan akan langsung masuk, melainkan satu-persatu secara perlahan, karena leher botol itu sempit. Dari semua impuls yang kita sensasi dan persepsi, tidak semuanya kita atensi. Hanya hal-hal tertentu yang memang memiliki bobot impuls yang lebih besar bagi diri kita yang bisa kita atensi.

Sekarang coba kita samakan dengan menulis kenangan. Menulis kisah. Kisah cinta mungkin. Bagaimana mungkin ada catatan memori yang tersimpan di otak atau bahkan hati kita, jika kisah yang kita jalani selama ini tidak kita anggap dan tidak berarti bagi kita? Berbeda dengan yang menganggap berarti kisahnya, ia akan punya banyak catatan. Dan saat semuanya berakhir, ia akan mengalami kesulitan yang lebih besar untuk menghadapi kenangan-kenangannya. Ia akan merasa lebih kehilangan daripada orang yang tidak peduli dengan kisahnya. Karena orang itu tidak akan memiliki banyak catatan memori.

Sekarang, tentang kisah yang akhirnya harus berakhir, bagi saya ada tiga cara untuk menghadapinya. Pertama, memori-memori yang ada dibakar habis sampai menjadi abu dan terbang ke atmosfer bumi. Jika itu yang terjadi, maka memori itu telah dilupakan. Kedua, memori-memori yang ada dikubur sehingga hilang dari permukaan. Jika itu yang terjadi, maka memori itu telah diabaikan. Ketiga, memori-memori yang ada diterbangkan jauh dan tinggi ke atas langit. Jika itu yang terjadi, maka memori itu telah dimaafkan. Keempat, memori-memori yang ada hanya ditinggalkan di belakang, dibiarkan begitu saja dalam keadaannya yang masih utuh seperti sebelumnya. Jika itu yang terjadi, maka memori itu beruntung untuk tidak dilupakan atau diabaikan, tapi mengerikan karena juga tidak dimaafkan.

.......


Saya pernah mengubur satu paket memori. Saya juga pernah begitu beruntung karena mampu menerbangkan paket memori lainnya ke langit. Semoga tidak ada yang hanya ditinggalkan di belakang. Terlalu mengerikan. Semoga. Ya, hanya semoga.

Kamis, 13 Oktober 2011

sweater butut itu kamu


aku melangkahkan kaki keluar rumah. aku lihat langit begitu mendung tapi aku tidak peduli. aku bahkan tidak menyiapkan mantel padahal aku akan mengendarai sepeda tua dari garasi kakek. aku dan flower dress tua selutut milik mama hanya punya sweater cokelat bututmu di keranjang sepeda yang kututupi sehelai plastik untuk berjaga dari dingin dan hujan.

aku mengayuh sepeda itu dengan cepat. entah kemana, aku juga tidak tau. aku hanya tahu aku akan mendapatkan masalah di tengah perjalanan. tapi aku terus mengayuh.

kau tahu? hujan mulai turun. aku basah kuyup. sebuah mobil dari arah berlawanan hampir saja menabrakku. bagaimana tidak, aku bahkan mengayuh dengan hampir tidak melihat jalan. aku hanya peduli dengan hujan yang telah menjadikanku kuyup namun tetap tidak mau menepi dan berteduh.

aku membelokkan stang sepedaku ke arah trotoar. bahkan tanpa mengerem. aku tidak tahu, aku hanya tidak peduli dengan diriku. aku menabrak sebuah gerobak penjual bunga keliling. gerobak itu jatuh, bunga-bunganya berserakan dimana-mana dan dilindas mobil-mobil yang lewat.

penjual bunga itu adalah seorang nenek renta. ia terjatuh dan kakinya berdarah. di pelukannya, ada seorang balita yang menangis sejadi-jadinya. aku sendiri jatuh menghantam trotoar. kepalaku tertubruk dengan keras dan hal terakhir yang aku lihat adalah tatapan sedih bercampur benci dari nenek penjual dan cucunya padaku. hal terakhir yang aku dengar adalah caci maki orang di sekitar tempatku jatuh, bercampur dengan teriakan minta tolong dan beberapa suara iba terhadapku.

*****

aku terbangun. dengan penuh syukur aku mengingat bahwa aku keluar rumah mengendarai sepeda di sore hari menjelang magrib. aku bersyukur, mengingat di kepalaku sudah terbalut perban putih yang melilit-lilit. aku rasa aku di rumah sakit. di malam hari. aku bertanya pada ibu yang sedang duduk khawatir di samping kasurku, dan aku tahu ini masih di tanggal yang sama aku keluar rumah.

aku merasa tidak begitu peduli dengan keadaanku. aku hanya peduli bahwa aku sedang mengenakan sweater bututmu. aku tidak lagi memakai dress-ku. aku rasa mereka menggantinya karena sobek dan basah. aku merasa nyaman. itu rasa paling kuat yang sekarang aku rasakan.

aku benci senja. wajahnya seperti harapan yang mati di kursi ujung taman. aku benci senja. baunya seperti daun kering yang jatuh di pojok taman, padahal taman itu penuh bunga. aku benci senja. rasanya seperti kebaikan dan terang yang tenggelam. aku benci senja. perilakunya seperti penjahat yang siap melukaiku. dan hari ini senja benar-benar melukaiku.

*****

aku pembuat onar. aku tidak peduli dengan diriku sendiri. aku bisa membuat siapa saja terluka dan membenciku. aku bisa menghancurkan diriku sendiri dan menyalahkan senja. tapi aku punya sweater cokelat butut milikmu yang selalu bisa melindungiku, menghangatkanku, membuatku merasa nyaman, dan paling tidak memelukku erat. dan sweater itu selalu bisa kupakai, walaupun baju dan diriku yang ia peluk telah terkoyak. ia tidak peduli.

Minggu, 02 Oktober 2011

diam di bahumu



aku akan memberitahukanmu sesuatu. tentang dia.

aku kenal dia. kenal baik.
dia sudah mengalami banyak hal selama ini. banyak sekali.
terlalu banyak. dan tak ada yang bisa kamu ubah.
semua itu sudah terjadi.

dia sudah melangkahkan hatinya melewati banyak jalan.
jalan raya sampai jalan setapak.
jalanan datar dan mulus sampai jalanan terjal berbatu.
dia pernah bahagia melakukannya.
dia juga pernah begitu sedih melewatinya.
pernah. ya, sebatas pernah.
semuanya telah terjadi. dan benar-benar tak ada yang bisa kamu ubah.

sekarang dia menemukanmu.
seperti menemukan rambu penunjuk jalan setelah ia lama tersesat.
sekarang dia kembali memilih bersamamu.
seperti memilih kembali pulang ke rumah dan berisitirahat dari hal lainnya.

iya, dia sakit untuk telah menjalani banyak hal sulit.
tapi sekarang kamu obat yang ia inginkan untuk membuatnya pulih.
iya, dia telah lelah berjalan sangat jauh.
tapi sekarang kamu adalah bantal dan kasur tempatnya pulang dan berbaring nyaman.

kamu mungkin datang, ada, dan merasa terlambat.
terlambat karena bersanding dengannya saat ia sudah seperti tak berbentuk.
tapi ia benar menginginkanmu, membutuhkanmu.
untuk akhirnya berhenti, diam, dan tenang.
dan ya, dia benar mencintaimu.
sekarang ia hanya ingin diam bersandar di bahumu.



..........



story soundtrack : Dewi Lestari - Curhat Buat Sahabat

Senin, 26 September 2011

kita pernah biru



kita pernah terlukis sebagai bentangan langit di musim panas. di lukisan itu, ada burung-burung kecil yang mengicaukan nada harapan dan kebahagiaan, atau setidaknya kesungguhan. di lukisan itu, kita biru dan begitu cerah, sampai bahkan tak ada segumpal awan sekalipun yang menodai biru kita.

sampai entah kapan, entah di mana, entah kamu atau aku, akhirnya mengubah biru kita menjadi abu-abu. semakin lama abu-abu itu semakin pekat dan menghitam. lalu hujan turun sangat deras seperti tak berniat mereda sedikitpun. tak ada burung, tak ada harapan, tak ada kebahagiaan. kesungguhan yang pernah begitu beku dan keras akhirnya mencair dan mengalir hilang, melebur dengan aliran air hujan yang entah bermuara dimana.

hujan ini terus turun dengan derasnya. kita tak mampu berbuat apa-apa. tak ada pawang hujan yang bisa. kita bisa berdoa untuk satu lagi hari yang cerah, tapi semua itu tak menghentikan hujan ini.

kamu bisa berharap untuk dapat memperbaiki semuanya. menjadi sepetak atap yang bisa kutempati untuk berlindung dari hujan, lalu kamu bahkan bisa berdoa agar hujan ini tak usah berhenti. kamu percaya semuanya bisa kembali menjadi baik. tapi hidup ini gila. banyak hal baik, banyak hal buruk, dan lebih banyak lagi di antaranya. sekarang kamu tidak akan mampu menjadikannya baik. paling jauh kamu hanya akan menggapai yang di antara itu.

kita pernah biru. lalu menjadi abu-abu. lalu akhirnya menjadi deras. dan kamu tak bisa berbuat apapun untuk meredakannya. hujan ini bukan kuasamu.


*****

on the air while written : James Morrison - Please Don't Stop The Rain

Jumat, 23 September 2011


Cita-cita saya; Menikmati hidup.

Sesederhana hidup untuk menit ini dan tidak mengkhawatirkan menit berikutnya atau menyesali menit sebelumnya.

Sesederhana meyakini bahwa menit ini, sebelum ini, atau setelah ini indah dan menyenangkan apapun keadaannya.

(tidak) baik-baik saja.


Memang benar jika kamu sering mendengar kalimat sederhana yang berbunyi "tidak ada yang sempurna di dunia ini". Tapi apa kamu pernah benar-benar memahaminya?

Memang tidak ada yang sempurna. Tidak semua hal yang kamu alami harus menyenangkan. Tidak semua keadaan yang kamu lalui harus baik-baik saja. Tidak semua harapan yang kamu buat harus berjalan sesuai yang kamu inginkan.

Mudah saja. Berapa banyak mantanmu yang sampai sekarang masih punya hubungan yang benar-benar baik denganmu seperti tidak pernah terjadi apa-apa diantara kalian, tidak ada sakit hati apapun? Beruntunglah jika kamu masih sempat menghitung, karena sayangnya aku cuma punya satu. Satu dari sekian banyak kisah yang pernah kuusahakan. Berapa banyak harapan orang tuamu yang masih sanggup kamu ingat dan kamu penuhi? Beruntunglah jika kamu masih sempat memikirkan dan mempertimbangkan, karena aku tak punya banyak. Memang benar aku kebanggan, berhasil memenuhi harapan-harapan besar mereka yang tampak. Tapi sepertinya ada semilyar harapan tak tampak dari mereka yang sudah kukhianati habis-habisan.

Tidak semua hal dalam hidup bisa baik-baik saja. Bahkan sebagian besar pasti tidak baik-baik saja. Kamu mungkin bahkan tak benar-benar paham mana yang baik dan mana yang tidak.

Mudah saja. Kamu mungkin telah tanpa sadar membalas dendam dan menyakiti lebih dari kamu pernah disakiti. Katamu, pembalasan memang selalu lebih kejam dari perbuatan. Kamu kemudian tahu kalau pendapat 'pria itu bajingan' adalah pendapat paling salah karena kamu sudah lebih buruk dari bajingan, kalau kamu mau. Semuanya lalu menjadi tidak baik-baik saja. Atau kamu sudah menjadi alasan dari hilangnya seseorang dari peredarannya yang biasa, karena kamu sempat memberinya sayap kecil untuk membantunya terbang, lalu kamu ambil lagi sayap itu tiba-tiba sampai ia jatuh menghantam bumi. Jelas keadaan tidak baik-baik saja.

Dunia memang rumit, tidak sesederhana membuka mata di pagi yang mendung dan kemudian kebetulan menemukan kopi instan dan lalu menyeduhnya dan akhirnya pagimu menjadi baik-baik saja. Lebih banyak hal yang tidak baik-baik saja. Maka terima saja.

Rabu, 07 September 2011

"...namanya Ikhlas."


Tuhan baik menciptakan konsep luar biasa bernama Ikhlas. Tidak kalah luar biasa dengan penciptaan Bumi yang bulat mengintari Matahari dan diintari Bulan dengan teratur dalam tatanan agung Bimasakti. Tuhan baik melahirkan rumus bernama Ikhlas yang rumit dan kompleks, namun mampu menjadi jalan keluar pemecahan fenomena alam, melebihi rumus ajaib Einstein tentang kecepatan cahaya. Tuhan baik merancang gambaran abstrak bernama Ikhlas yang tidak mampu diindera sama sekali, kecuali diamini.

Tuhan teramat baik jika sampai menyematkan Ikhlas-Nya ke sebuah jiwa yang pantas. Agar jiwa itu mampu bersyukur. Agar jiwa itu mampu lebih mengagungkan Tuhan-nya dan ciptaan-Nya yang lain seperti Waktu. Bahwa Waktu bukan sekedar berjalan, melainkan berlari. Bahwa semuanya akan tertinggal dan berubah. Bahwa semuanya sudah ditata sesuai porsinya dan kita tinggal menerima dan menjaganya tetap berarti.

Tuhan sangat baik mengandungkan pemahaman besar di balik Ikhlas. Bahwa Ikhlas adalah tentang menerima kenyataan dimana segala sesuatu apapun yang terjadi adalah baik pada hakikatnya. Tak ada yang perlu diprotes. Tak ada yang perlu disesali. Tak ada yang perlu dicaci-maki dan dibenci. Semua kejadian adalah baik. Semuanya pasti berubah, tapi tak ada yang harus merusak. Semuanya baik pada awalnya, dan pantas untuk tetap menjadi baik selamanya.

Tuhan baik menciptakan Ikhlas agar kamu berdamai dengan bagian-bagian dari sejarah hidupmu. Agar kamu mampu melihat hakikat kebaikan dari segala kejadian itu. Tuhan baik menciptakan Ikhlas agar sejarah yang seharusnya berharga dan indah sampai kapanpun, tidak menjadi sekedar tulisan yang memudar di atas buku tua dengan kertas kecokelatan yang tidak menarik, tidak bernilai, dan akan segera dibakar dengan mudahnya.

Selasa, 30 Agustus 2011

planet 'kamu dan aku'

sayang, kita alien. dua ekor alien dari planet yang masing-masing berbeda. kita dua ekor, karena kita sedikit tidak manusiawi dalam mengasihani perasaan orang lain. planet kita masing-masing benar-benar subur dan sejahtera. planet sempurna yang memberikan kesempurnaan yang kita butuhkan.

sayang, kebutuhan itu lalu dikalahkan oleh keinginan kita. kita terbang jauh, tidak lagi menoleh ke belakang, dan menuju planet baru. planet baru yang hanya berisi kamu dan aku. sayang, ternyata kita bahkan di galaksi lain. galaksi di luar galaksi planet-planet yang kita huni sebelumnya. jauh. benar-benar jauh. sayang, kita bersama, menyatu, dan melekat erat di planet baru itu. pada keadaan itu, kita tidak lagi tahu atau mau tahu dengan planet asal kita masing-masing. planet lama yang lama-kelamaan kering dan gersang ditingglkan oleh kita.

sayang, diri kita telah terlarut dalam atmosfer planet baru itu. jalan pulang menuju planet asal kita kemudian semakin samar. hampir hilang. entahlah. mungkin akan benar-benar hilang. atau pesawat luar angkasa milik kita yang rusak total dan tak bisa mengantarkan kita pulang. kita sendiri yang merusaknya, sayang.

sayang, kita punya bahasa sendiri. bahasa yang hanya hidup di antara kita. kita berkomunikasi dengan isyarat. dengan mata yang saling menyorot tajam dan dalam, dengan bibir tanpa suara, dengan jari yang saling menggenggam. kita sungguh tidak mampu berkomunikasi dengan cara orang pada umumnya. atau dengan cara yang kita pakai di planet asal kita.

sayang, kita dua ekor alien dengan hati yang masing-masing compang-camping. hati yang hanya tampak cantik saat bersanding satu sama lain. kita juga memantrai udara yang menyelimuti planet kita dengan terlalu sakti, sayang. udara itu semakin pekat menyesakkan paru-paru kita sampai kita tak lagi mampu lepas darinya. kita tak bisa lagi menembus lapisan udara itu untuk meloloskan diri keluar dari planet kita.

sayang, kita terperangkap di planet ini. kita mencinta. kemudian tak tahu apa-apa lagi. apapun.

Kamis, 25 Agustus 2011

"ga usah kayak orang culun dah, gitu aja bingung. woley kali. woles dulu aja, dinikmati sek ben edan. ntar juga ada jalannya sendiri kok." -@hendriknova

Tuhan dan Karma



Tuhan, bagaimana Kamu membalaskan karma?

*****

dari kami yang kesakitan, kami terbangkan ke langit doa yang selalu berbunyi "Tuhan tau, dan Tuhan akan membalas semuanya." dari kami yang kesakitan, kami pasrahkan semuanya dan meyakinkan diri bahwa Kamu selalu ada untuk kembali menguatkan kami dan membuat jera sosok penyebab sakit yang kami rasakan. entah dengan cara apa.

yang aku ingin tahu, Tuhan, dengan cara apa Kamu biasa memenuhi doa dan keyakinan kami? sungguhkah Kamu yang membalas semuanya? melalui media apa? sungguhkan pembalasan itu urusanMu dan tak lagi melibatkan kami? atau Kamu suka membalaskan karma-karma itu melalui kami sendiri?

setiap aku kesakitan, aku tak pernah mau tau lagi apakah sosok penyebab kesakitanku kemudian merasakan kesakitan yang pernah dia berikan padaku. apa setiap mereka mendapatkan balasan yang batinku lepaskan ke langit padaMu, aku tak pernah benar-benar tau. yang aku tau, aku sering menjelma menjadi sosok orang yang pernah menyakitiku, dan menyakiti orang lain seperti bagaimana aku disakiti dulu. apakah itu salah satu cara yang Kamu kehendaki? apakah itu salah satu caraMu mengaminkan doa yang kuterbangkan padaMu? apa karma-karma itu harus terbalas melalui diriku sendiri?

Tuhan, haruskah aku menjadi demikian posesif dan membuat muak orang lain hingga hilang dariku, seperti apa yang dulu kualami? haruskah aku bermain hati dengan banyak hati dan dengan cepat menjelma menjadi jarum yang memecahkan balon harapan mereka yang warnanya telah terbang menyatu indah dengan biru langit, sebagaimana sosok penyebab kesakitanku sering lakukan? haruskah aku menjadi sosok penyebab sakitku dan menyakiti orang lain? haruskah karma yang kuminta padaMu untuk dibalaskan, terbalaskan melalui diriku sendiri?

dari kami yang tersakiti, kami lepaskan doa ke langit agar Kamu membalaskan semuanya, menjadikan apa yang pantas terjadi dengan kuasaMu yang mampu menjadikan segala sesuatu, menguatkan kami dari kepasrahan, dan mengamini keyakinan kami atas pembalasanMu. dari kami yang tersakiti, kami terbangkan asa untukMu menjadikan apa yang pantas terjadi bagi mereka dan kami sendiri, tanpa melibatkan kami dalam tangan hebatMu yang penuh kuasa.

*****

karena Tuhan, aku tau tersakiti bahkan lebih baik rasanya daripada menyakiti.

Rabu, 10 Agustus 2011

aku melihat semuanya berlari...

aku melihat semuanya berlari...

aku berlari mengejarmu.
menggugurkan seluruh ego untuk menjadikanmu raja.
meluruhkan semua keakuan demi mengubahmu menjadi duniaku.
terus-menerus berlari.
sampai napas tersengal.
sampai langkah tergopoh.
dan kamu tak juga menoleh ke arahku.

kamu berlari mengejarnya.
mengagung-agungkan setiap inci dirinya.
menggilai setiap senyum atau lekuk apapun di wajahnya.
terus-menerus berlari.
sampai kakimu tekilir dan jatuh.
sampai terduduk dan berat untuk bangkit.
dan dia tak juga peduli.

dia berlari mengejarku.
memperhatikanku dalam diam sampai bersuara.
menghayatiku dalam cermin kesempurnaan diantara bayang.
terus-menerus berlari.
sampai kehilangan daya.
sampai menyerah bersama kepingan hati.
dan aku tak juga sadar.

sesaat aku melihat kita melambat...

mengerlingkan mata ke arah satu sama lain.
menolehkan wajah dan tersenyum manis.
mulai memelankan langkah.
lalu berjalan berdampingan.
bergadengan dalam genggaman erat.
namun hanya sesaat.
sepersekian detik.

lalu kita memutar arah...

berbalik dan mulai berlari lagi.
aku justru menuju padanya dan dia tak peduli.
kamu justru menuju padaku dan aku tak menoleh.
dia justru menuju padamu dan kamu tak mau tau.
saat itu kita semua benar-benar merindu.

aku melihat semuanya berlari...

bahkan memori, nada dan puisi, jika kita beruntung.
mereka berkejaran dan berlomba dengan waktu untuk mengisi ruang.
ruang sepersekian detik kita memelankan langkah dan berdampingan.
sebelum kita mulai berlari lagi.

Sabtu, 30 Juli 2011

Senin, 11 Juli 2011

Aku sudah gila.

Aku sudah gila.

Aku bisa duduk sendiri di samping sawah di siang terik. Lari dari ramai tawa teman-temanku. Mencabik-cabik rumput. Menghantam tanah dengan kepalan tangan terus menerus. Mengabaikan orang yg lewat dan menatap aneh, bahkan ngeri terhadapku.

Aku bisa mencacimu. Sampai tak ada lagi kata kotor yg terlewat diabsen. Sampai kau bisa menangis membayangkan ayah ibumu yg bahkan tidak pernah melakukan hal itu padamu.

Aku bisa meneriakimu. Sampai kerongkonganku kering dan sakit sendiri. Aku bisa melempar semua yg ada di hadapanku ke wajahmu. Aku bisa tertawa puas saat kau sakit, luka, dan berdarah.

Aku bisa sangat membencimu. Bahkan lupa kalau aku sangat mencintaimu. Aku bisa menuliskan burukmu sampai tak lagi merasakan baikmu sama sekali. Aku bisa lupa apa alasanku mengejarmu dulu dengan segenap daya.

Aku bisa begitu bodoh. Aku bisa ditertawakan temanmu, sahabatmu, keluargamu. Karena aku lebih dari badut bodoh yg paling jelek dan menggelikan. Aku bisa membuat semuanya menggelengkan kepala menahan tawa atasku.

Aku bisa membuat bagian-bagian tubuhku bengkak, memar, dan membiru satu-persatu. Aku bisa lupa punya tanggung jawab. Aku bisa lupa punya orang tua yg harus dibuat bangga. Aku bisa tak mau tahu ada orang yg masih megharapkan keadaan baikku. Aku bisa lupa kalau aku punya napas yg harus disyukuri.

Aku bisa bergegas mengeluarkan motor dari garasi. Lalu membiarkan jalanan menelanku tanpa ada usaha melawan atau mempertahankan diri. Aku bisa ingin mati. Atau setidaknya meracuni diri perlahan-lahan.

Aku bisa geger otak dan tak punya ingatan. Tak punya kenangan. Kenangan yg padahal terlalu besar untuk dibiarkan menguap ke udara. Aku bisa hanya mampu menenggelamkan diriku sendiri di lautan emosiku. Tanpa oksigen untuk bertahan hidup.

Aku sudah gila.

Rabu, 22 Juni 2011

kita berjalan terlalu jauh. sampai lelah.
kita berdiri terlalu dekat. sampai sesak.
kita menatap terlalu lekat. sampai samar.
seharusnya kita tetap diam tak beranjak dari sudut masing masing.

jauh dan masih saling tergila gila.

Rabu, 25 Mei 2011

ruang tunggu


"kita. setahun. selamat."

aku menekan lagi tombol 'back' dan memilih tidak memasukkan pesan tadi ke draft. tidak penting. apa artinya kuantitas dibandingkan kualitas? apa artinya jumlah waktu kita bersama dibandingkan hebat rasa yang tertampung dalam hatiku? untuk apa aku mengirim pesan singkat untuk mengingatkanmu seberapa lama kita telah bersama kalau hati kita selalu lebih mampu saling memberitahu satu sama lain bahwa mereka terikat kuat.

.....

ini sudah setahun. dan semua masih sama. aku masih duduk di ruang tunggu. ruang tunggu hatimu. menunggu kepastian. kadang keadaan membuatku harus keluar dari ruang itu dan kembali pulang ke rumah. lelah dan beratnya segala sesuatu yang harus kulalui di dalam ruang itu membuat aku melangkah mundur, menuju pintu keluar dan mencari nyenyak di tempat tidurku yang nyaman di rumah agar bisa memulihkan kekuatanku untuk kembali ke ruang tunggu itu. dan memang selalu begitu. aku dan hebat hati serta rasaku selalu mampu terbangun dengan kondisi paling prima untuk kembali berlari menuju ruang tunggu hatimu. aku selalu mampu menggerakkan kakiku secepat mungkin untuk kembali memasuki pintu ruangan itu dan kembali terombang-ambing.

tempat itu memang ruang tunggu. selayaknya pergi ke dokter, aku harus menunggu giliran dan mematuhi urutan. karena sudah ada orang di dalam ruangan dokter yang sedang diperiksa. sama saja seperti ruang hatimu. aku harus mengantri. karena sudah ada orang lain di dalam. tak apa, aku disini mendampingimu meskipun tidak dalam satu ruangan. aku ada untukmu. aku sabar menanti seperti selayaknya pasien yang harus menunggu demi kesehatannya sendiri. aku menanti demi rasaku padamu yang sudah tidak mampu dan sudah terlalu terlambat untuk kumuarakan ke tempat lain. rasa ini sudah meluap, di ruang tunggu ini, bukan di tempat lain, dan memang tak bisa lagi dipindahkan ke tempat lain. aku tidak peduli karena kamu selalu menyapa balik rasaku. aku tau kamu di dalam sana mendambakanku untuk akhirnya masuk dan menjadi satu-satunya, karena aku tau pasti tak ada pasien lain lagi setelahku yang mengantri.

.....

aku senang malam ini. waktu seperti biasa aku bisa mencicipi kesempatan untuk bersamamu. waktu yang selalu aku nikmati di antara berbagai halangan yang membatasinya. bukan karena makan malam yang enak, tapi memang karena luapan rasaku yang membutuhkan tampungan bisa bertemu hati penampungnya. aku senang malam ini. waktu seperti biasa aku justru mampu menguatkan rasaku atasmu bersamaan dengan aku merasakan ketidakpastian antara kita yang selalu memecahkan perang antara egoku yang bersebrangan. yang satu untuk memilikimu seutuhnya dan yang satu untuk menerimamu bagaimanapun keadaannya.

"sudah setahun ya kita berhubungan."
"ya, aku tau."
"tumben ga ada ucapan selamat kali ini."
"tadinya ada, tapi kubatalkan. untuk apa?"
"........ maafkan aku."
"untuk apa?"
"cuma ini yang bisa kuberikan padamu. seadanya. jauh dari seutuhnya."
"berapa kali aku harus menjelaskan kalau aku tidak peduli. bagiku hati adalah segalanya. dan hatiku memilih menjalani semua ini."
"maaf..."
"hatiku sudah puas dengan semua ini. aku tak peduli apa keadaannya."
"kamu memang berarti. akan ada saat kamu mendapatkan yang utuh dariku."
"ya, terima kasih untuk itu kalau begitu."

.....

"selamat setahun lima bulan."

untuk kesekian kalinya kalimat itu aku sebut dalam hati hari ini. tadi malam aku bertemu pacarmu. saat aku sedang bersamamu. aku tak pergi dan mengalah karena aku tau aku pantas. lagipula batinmu kukuh menguatkanku untuk tinggal. tak banyak kata yang terucap. semuanya canggung. mungkin aku harus berterima kasih atas kecanggungan itu karena jika beku itu mencair sedikit saja, mungkin akan mencipratkan luka dan babak belur kecil-kecilan di teras rumahmu. tapi untuk apa juga berterima kasih pada kecanggungan, toh aku tidak peduli jika memang akhirnya ada sedikit darah dan memar yang muncul. walaupun akhirnya memang hanya beku. tapi entah mengapa malam itu aku pulang dengan perasaan menang tanpa pernah benar-benar bertarung.

.....

aku duduk tenang di sudut kesukaanku dalam ruang tunggu hatimu. menikmati secangkir kopi kental sambil samar melihat pintu masuk ke ruang hatimu terbuka. tapi pasien sebelumku belum juga keluar. aku agak lelah, tapi hari ini aku tak memilih pulang ke rumah dan mencari nyenyak. aku rasa aku masih sanggup sedikit lagi bertahan di ruang ini dalam waktu ini.

aku fokus memandangi kota yang sibuk di luar jendela. saat itu aku sedang meneguk dua teguk terakhir kopi yang tersisa dalam cangkirku dan aku mendengar ada yang menutup pintu keluar ruang tunggu dengan sedikit membanting marah. aku mengarahkan pandanganku ke sudut lain. sudut dimana ada pintu masuk kehatimu. kulihat pintu itu terbuka lebar. ada cahaya menyilaukan dari dalam sana dan sosok luar biasamu yang berdiri tersenyum padaku di sana. saat itu aku tau aku takkan lagi melalui pintu keluar dan pulang karena kelelahan. lagipula aku tau kini aku melangkah berpindah selamanya dari ruang tunggu itu.

.....


inspired at : Panhegar Burjo, May 24 2011, about 8-9 pm
written at : Kamar Gelap, May 25 2011, about 01.30 am

Sabtu, 07 Mei 2011



"Tuhan, kali ini aku minta hati. Hati untuknya. Tidak usah yang mampu merasa sehebat milikku, Tuhan. Paling tidak seperti yang banyak orang miliki."

BAJINGAN!

orang sebut mereka bajingan. wanita begitu mudah mencintai mereka dan wanita lah yang paling mudah menyebut mereka bajingan.

padahal mereka hanya pria. pria yang terlalu mendalam menjalani peran kodratnya. pria yang terlalu jujur memamerkan peran kodratnya. pria yang terlalu jujur bahkan di depan para wanita dalam memainkan kodratnya. kodrat mereka sebagai 'pemilih' atau yang berhak memilih siapapun dengan cara bagaimanapun, dalam perbandingannya dengan kami wanita sebagai 'yang dipilih'. kodrat mereka sebagai yang diciptakan dengan skala 1, dalam perbandingannya dengan kami wanita yang diciptakan dengan skala 4. kodrat mereka sebagai nahkoda yang mengendalikan, dalam perbandingannya dengan kami wanita sebagai kapal yang menyediakan.

mereka semua sama dalam jenis mereka. mereka punya kodrat yang sama. hanya saja yang kamu sebut bajingan itu yang punya integritas paling tinggi terhadap kodratnya. mereka yang kamu sebut bajingan itu yang mungkin justru lebih baik kualitasnya dari mereka yang memakai topeng kodrat dan kalian sebut baik. mereka hanya penjelajah samudera yang gemar bersinggah, yang memiliki keyakinan bahwa suatu saat mereka akan berlabuh di pelabuhan termegah.

dan semoga mereka semua memang punya keyakinan akan pelabuhan termegah itu. semoga tak ada satupun dari mereka yang berkeyakinan untuk terus berlayar meski telah menyinggahi pelabuhan megahnya.

Rabu, 04 Mei 2011

berbalik...

aku selalu dibalakangmu selama ini. berlari, berjalan, diam, merangkak, dan kembali berlari, tergantung apa yang kamu lakukan. yang pasti aku selalu di belakangmu.

kini sungguh aku ingin berhenti. diam dan berbalik. lalu menunggumu sadar. lalu menikmati kepanikanmu. kalau bisa aku ingin berlari. lalu merayakan langkah berat larimu yang sekarang justru dibelakangku. lalu menertawai napasmu yang sampai sesak memohon. memohon padaku untuk berhenti berlari, karena kamu lelah mengejar. memohon agar tak perlu ada depan-belakang, tapi berdampingan.

menyebutmu, menyebutku.


aku akan tidur. seperti biasa aku menyebutmu terlebih dahulu. tidak namamu, tapi kamu. sosokmu dan semua tentangmu. aku menyebutmu. menyebutmu dengan hati, melebihi sekedar dengan otak. menyebutmu seakan-akan tak ada ujung akhirnya. hanya ada ujung mulainya, dan ujung itu ada dimana saja dan kapan saja.

aku mau tidur. aku akan menyebutmu telebih dahulu. menyebutmu dalam detik pejamku, menyebutmu dalam detik jagaku, bahkan menyebutmu dalam masa mimpiku juga dalam masa sadarku. aku menyebutmu. seperti sekarang. seperti kata-kata yang sedang kuramu dengan hampir 10 jari tanganku menari di atas tombol-tombol huruf. begitulah aku menyebutmu. menyebutmu bahkan saat titik ini ditekan.

.....

"aku dulu juga begitu. pas aku sama Nara ke dokter kan..."
"oh iya iya!"

maaf aku memotong. aku bosan. rasanya aku akan memotong nadi lehermu atau nadi pergelangan tangan kiriku kalau kamu meneruskan kalimat-kalimatmu itu. pilih saja kamu mau aku potong yang mana?

.....

"aku ga suka kamu kesana!"
"makin lama makin banyak maumu. tolong hargai aku. dulu pas sama Nara aja cuma gara-gara..."
"BRUK!!!"

aku membanting pintu kamar dengan tenaga paling luar biasa yang pernah aku punya. membanting sampai hampir mematahkan hidungmu. pilih saja, mau hidungmu yang patah atau tulang kakiku yang patah. aku muak.

.....

"kamu tak pernah disakiti. hanya menyakiti."
"cuma Nara orang yang pernah menyakitiku."
"PLAK!!!"

maaf aku menamparmu. maaf ujung bibirmu sampai meneteskan sejenis cairan merah kehidupan. maaf setelah itu aku hilang. hilang dibunuh diriku sendiri. leherku dicekik rasaku atasmu sampai hilang. mungkin mati.

.....

Nara. nama yang selalu kamu sebut. kamu bandingkan dengan setiap kecil variabel hidupmu. kamu ingat dalam kondisi yang paling tak mungkin. dia yang pernah menyakitimu. satu-satunya diantara puluhan yang kausakiti. satu-satunya yang disesali diantara puluhan yang kau buat sesal. satu-satunya yang memberimu keburukan diantara puluhan yang menjadikanmu raja.

sekarang pilih saja. pilih satu-satunya pilihan yang kusediakan ini. pilih aku menyakitimu. mencabik organ paling tak nyata yang kamu punya, organ yang orang sebut hati karena punya mereka nyata. pilih aku membunuh sisa jiwa yang kamu punya. pilih aku torehkan luka yang takkan mampu dokter siapapun obati. pilih aku menganiaya hatimu itu sampai menjadi keping dan bahkan akan kuhilangkan keping-kepingnya sampai kamu tak pernah bisa menemukan apalagi menyatukannya lagi.

pilih, sayang! aku mencintaimu. jika dia membuatmu sakit sampai bisa selalu kaulafalkan, maka aku akan menghancurkanmu sampai bentukmu seabstrak hatimu. agar kamu bisa terus menyebutku seperti aku selalu menyebutmu. agar kamu bisa menyebutku seperti bayi idiot yang tidak bisa bicara kecuali menyebut ibunya, dan kamu menyebutku. aku mencintaimu, sayang!

.....

Sabtu, 16 April 2011


aku tidak tahu kalau aku menyakiti hatimu.
aku kira kamu cuma punya otak.

Selasa, 12 April 2011

3 kotak diri


"apa yang kamu lihat?"
"kotak-kotak ini. lucu ya? aku mau beli 3!"
"untuk apa?"
"entahlah. kupikirkan nanti. tapi aku suka."

...

aku sudah banyak mendengar orang bercerita. tetang kenangan. menurut mereka, dari semua kejadian dalam hidup, ada yang akan dikenang dan ada yang tidak. sejauh ini aku tidak setuju.

aku percaya dalam diri semua orang terdapat tiga buah kotak mungil dengan tugas luar biasa. isi kotak-kotak itu jauh lebih luar biasa lagi. kotak itu bertugas menyimpan setiap file scene hidup kita. tak ada satupun yang terlewat disimpan. tak ada satupun yang disensor. semuanya ada! tapi dibandingkan scene, aku lebih suka menyebutnya moment of life. moment of life itu adalah segala sesuatu yang terjadi dalam hidup. mungkin itu yang dikenal orang dengan nama kenangan.

kotak pertama namanya kotak tak berlabel. seperti itulah aku mengenalnya. warnanya hitam pekat, tak tampak apapun di dalamnya. di tutupnya ada gembok yang hanya bisa dibuka dengan kunci yang sulit sekali ditemukan. biasanya kuncinya sudah dibuang oleh diri yang memilikinya. rasa dan bau kotak ini tak pernah mampu diketahui. kotak ini tidak memiliki nama. dia bahkan tersembunyi di ruang diri yang paling sulit diakses. dia sulit sekali ditemukan. bahkan oleh diri yang memilikinya. itu sebabnya, semua file scene hidup, moment of life, kenangan, atau apapun sebutannya, yang masuk kedalam kotak ini sering dianggap terlupakan. padahal semuanya ada, hanya tak terlihat. file di kotak ini dianggap tak ada. miris.

kotak kedua namanya kotak otak. warnanya emas bekilau, ekstrim untuk dapat tertangkap mata. dia tak punya tutup kotak. file di dalamnya mudah sekali keluar masuk. tapi dia tak berbau. rasanya juga tawar. secara harafiah, kotak ini ada di otak. kotak ini sering sekali bertempat di bagian diri paling luar. paling dekat menyentuh dunia luar. file di dalamnya paling mudah diungkapkan. paling mudah diungkit-ungkit. tapi begitulah, tak ada bau, rasanya tawar. setelah kotak tak berlabel, kotak inilah yang paling banyak isi file-nya.

kotak ketiga namanya kotak hati. warnanya perak, berkilau. tapi warnanya tenang dan tidak begitu menusuk mata. tutupnya berpita. pitanya hitam. bukan unsur warna yang manis, tapi komposisinya manis sekali. rasanya juga manis. baunya wangi sekali. tempatnya di hati, tidak mudah tapi juga tidak sulit diakses. untuk membukanya dan melihat atau mengeluarkan isinya, kita harus membuka tutupnya dengan hati-hati, melepaskan pitanya dengan perlahan agar tidak rusak. untuk mengembalikan file ke dalamnya juga harus dengan perlahan menyimpulkan pita yang sama cantiknya dengan yang sebelumnya. itu sebabnya file di dalamnya saat diungkapkan atau diungkit tidak begitu mudah. file-nya dilumuri emosi yang kental. tapi begitulah, rasanya manis, baunya wangi, bahkan jika file-nya adalah kejadian buruk yang menyakitkan. kotak ini punya isi file paling sedikit. karena untuk masuk ke dalamnya harus melewati banyak seleksi. banyak juga yang dipindahkan ke kotak lain dari kotak ini. kotak ini favorit, semua file berlomba menempatinya dan tak ingin dipindahkan oleh sang diri.

...

aku meletakkan 3 kotak itu di meja samping tempat tidurku. aku menatapnya lekat-lekat. sekarang aku seperti melihatmu di kotak perak berpita hitam yang entah kenapa merupakan satu-satunya kotak yang wangi. semua tentangmu terbayang saat melihat kotak itu. manis. aku lalu memohon pada diriku, semoga kamu selamanya disana dan tak dipindahkan kemana-mana.

"lagi apa?"
"menyimpanmu di salah satu kotak tadi. tinggal disana dan jangan kemana-mana ya! aku ingin merasamu sebagai manis selamanya, meskipun wujud aslinya tak begitu manis atau bahkan pahit."
"..."

Sabtu, 02 April 2011


"lalu bagaimana jika aku bukan takdirmu?""berarti itulah takdirnya..."

Rabu, 30 Maret 2011

tentang takdir



"aku jatuh cinta."
"pada siapa?"
"Takdir."

...

dulu aku menemukannya. bukan mencarinya. aku melihatnya di antara keramaian jenisnya dan dulu ia hanya seperti sebuah kertas bekas yang diremas dan tergeletak di pinggir jalan. terabaikan. lama kelamaan angin bertiup semakin kencang dan kertas itu tergerak semakin dekat ke arahku. aku memungutnya dan kertas itu ternyata cek bernilai puluhan milyar rupiah. berharga. entah apa yang mendorongku memungutnya. entah apa yang mendorongku memilihnya dan bukan salah satu dari banyak hal lain yang tergeletak di hadapanku, bahkan yang tertiup angin mengarah padaku. aku juga tak pernah paham, bagaimana bisa ia ternyata berharga. mungkin itu takdir.

...

ya, takdir. bagiku takdir itu tak tergaris lurus. ia berbelok. ia juga bercabang. bahkan kita butuh bolak balik melewati satu garis takdir yang sama. takdir itu senyawa dalam masa depan. bagiku masa depan terdiri dari senyawa takdir yang telah tergaris. ditambah senyawa apa yang telah kita lakukan, entah usaha, pilihan, atau apapun.

bagiku dia takdir. lalu apa yang sudah dia gariskan? sejauh ini kebahagiaan. tawa tak berjeda. dan ketakutan akan kehilangannya. itu garis yang mampu kubaca selama ini. lalu besok? jangan tanyakan tentang masa depan. dan atau garis masa lalu dalam pertanyaan serupa 'bagaimana bisa?'. karena aku tak mampu membaca garis tentang itu. aku tidak paham dan aku tidak mau paham.

dia takdir. seperti teoriku, aku tau dia punya saatnya untuk berbelok. mungkin juga dia memilih bercabang. atau bolak balik. ia bukan garis lurus milikku. dia bukan garis lurus untukku. dia tak lurus. seperti teoriku, dia pilihan. dia usaha. usaha luar biasa untuk setidaknya memahamkan isi bumi bahwa aku begitu menginginkannya. begitu tergila gila padanya. dia pilihan dan usaha yang sejatinya adalah bagian dari takdir. takdir bahwa aku memilihnya. takdir bahwa aku mengusahakan segalaku untuknya.

dia takdir. aku dulu memungutnya dalam visi yang begitu jelas bahwa dia adalah segenggam kenangan luar biasa yang sekarang juga akan kugenggam dan akan kugenggam selamanya. saat itu aku merasa tak memungut takdir. aku memungut kenangan. kenangan yang sudah kuyakini sejak pertama aku menyentuhnya, bahwa ia akan kubawa pulang. kusimpan dengan rapi dalam kotak kecil acak acakanku. dengan harapan besar aku juga akan disimpan di kotak kecil miliknya dan semoga aku tidak mengacak acak disana. ada lemari besar di dalam kotak kecilku. aku percaya ia akan selamanya disitu. dan meskipun ia akan punya banyak teman disana, ia akan kutempatkan paling depan. paling mudah terlihat.

dia takdir. apapun yang kunikmati sekarang, apapun yang telah terjadi dan akan terjadi, aku percaya itu takdir. aku percaya dia akan kunikmati selamanya meskipun pada akhirnya hanya dalam bentuk kenangan. entah kenapa, memang dalam wujud kenangan aku melihatnya untuk pertama kali. dia takdir yang mengantarkan takdir luar biasa bagiku. luar biasa yang takkan berubah menjadi tidak. sampai kapanpun akan luar biasa.

...

dulu dia mendekat padaku saat ada angin kencang bertiup menggerakkannya. setelah angin itu, pasti turun hujan berteman dengan ramai dan garangnya petir. menakutkan. menghanyutkan semuanya, termasuk dia. dan sampai saat dia tiada, aku bisa selalu menemukannya. tidak sulit. dia indah dan mudah ditemukan. dia ada di dalam sana. masih rapi di kotak kecilku yang akan semakin acak acakan. kotak kecil itu hatiku.

...

"aku jatuh cinta."
"pada apa?"
"pada takdir yang dia antarkan padaku, pada takdir yang mampu kunikmati sekarang, kusyukuri, dan akan selalu kukenang indah."




jangan pernah percaya fiksi!

Jumat, 25 Maret 2011

semacam anak perempuan dan ayah :')


papa, aku tidak akan men-share-kanmu kemana mana. tidak ke project "anak perempuan dan ayah". aku tidak akan men-share-kanmu kemana-mana. tidak! kamu milikku dan takkan pernah kubagi untuk siapapun kecuali mama.

***

papa, harus bagian mana yang kuceritakan? bagian wajahmu yang selalu disebut-sebut sangat mirip dengan milikku? atau sebaliknya aku yang mirip denganmu? bagian mana, papa? apa bagian kamu mengantarkan seorang anak kecil keriting berkepang dua dengan pita pink membuat pas fotonya yang pertama sebagai syarat masuk ke TK dengan latar belakang biru tua yang kamu pilihkan? atau bagian kamu memaksa-maksaku berfoto denganmu, dengan seragam SMA-ku saat aku pertama kali memakainya padahal aku sudah terlambat untuk upacara 17-an di SMA baruku?

papa, harus kisah mana yang kuceritakan pada mereka? kisah tentangmu yang tak pernah merelakanku pulang sekolah naik angkot sendiri padahal semua teman sebayaku sudah melakukannya? atau bagian kamu tak pernah langsung sampai di rumah, melainkan berkeliling sampai ke luar kota hanya karena anak keras kepalamu yang tak pernah mau tidur siang akhirnya tertidur di dalam mobil setelah kamu jemput dari sekolah? mungkin juga kisah kita yang selalu makan eskrim bersama dan harus Conello, katamu, karena itu sehat, dan sampai saat ini aku hanya bisa tersugersti olehnya. kisah yang mana, papa? atau bisa saja kisah dimana aku selalu menangis tersedak-sedak hanya karena menatapmu sedang duduk dengan sarung dan sweater sepulang sholat magrib di mesjid dekat rumah? saat itu masaku kebingungan dengan perubahan hidup besar, beralih dari SMA ke kuliah dan mulai pergi dari sisimu.

papa, mau yang mana yang kuceritakan? apakah tentang dirimu yang selalu membangunkanku sekolah dengan air panas untuk mandi yang sudah kamu siapkan serta segelas madu hangat yang wajib kuteguk sebelum aku diserang dingin dan lembab kamar mandi di pagi hari? atau tentang roti dan susu serta seragam yang sudah kamu siapkan saat aku keluar dari kamar mandi beserta teriakan-teriakan yang memakasaku mempercepat gerakanku agar tidak terlambat ke sekolah saat kamu sedang memanaskan mobil untuk mengantarku? atau tentang kamu yang selalu menyempatkan diri menjemputku dan makan siang bersamaku dan mama meskipun sedang rapat dengan menteri sekalipun?

papa, yang mana yang mau kuceritakan? aku sudah menghabiskan belasan tahun denganmu, bagaimana caranya aku bisa mengikhlaskanmu suatu saat kelak? kamu sudah memelukku erat selama belasan tahun, bagaimana bisa kamu tidak mau tinggal dan menyaksikan klimaks perjuanganmu selama ini terproyeksikan pada diriku? kamu harus menyaksikannya, karena kamu tak boleh hanya menunggu 8 tahun untuk menyaksikan kelahiranku yang satu-satunya, kamu harus menyaksikan penantianmu melakukan sesuatu untukmu. papa, aku mungkin mau menangis lagi. entah apa yang bisa kuceritakan atau kusampaikan padamu, karena takkan pernah habis!

***

papa, tunggu! jangan kemana-mana! jangan! jangan pernah! ajak mama diam bersamamu dan jangan pernah kalian berdua kemana-mana! ini bukan permintaan papa, ini perintah!

bukan kehilangan inspirasi
sehingga hilang, diam dan sepi
tapi terlalu banyak yang terjadi
bertumpukan menindih hati

dan bagaimanapun keadaannya yang tertindih beban
kamu ada disana, tak pernah bisa kemana-mana
berdiri tegak di puncak tumpukan

karena apapun itu,
semuanya tentangmu...
dan tentang tak bisa melepaskanmu!

Sabtu, 19 Februari 2011

nineteen surprise








how could i write anything more if this is the best thing that makes me speechless?
how could i tell a story if this is the best thing that makes no any words proper to tell?

TUHAN...
terima kasih sudah menuliskan ini untuk kualami di tahun kesembilan belas aku hidup
dan terima kasih sudah membiarkanku bernapas sampai tahun kesembilan belas
supaya aku bisa merasakan perasaan terbaik yang pernah kurasakan

TUHAN...
tolong susun kalimat terima kasih terbaik yang bisa Kamu susun
tolong susun dan sampaikan kalimat itu padanya
karena aku tak bisa
aku sudah mencoba dan rasanya setiap kalimatku masih tak cukup
tak cukup menyampaikan sesungguhnya syukurku

TUHAN...
aku sudah sembilan belas tahun
atau mungkin baru sembilan belas tahun
aku tak peduli
yang aku pedulikan hanyalah
terima kasih, untuk-Mu dan untuknya

Selasa, 15 Februari 2011

moment of life


"kamu sayang ga sama aku?"
"kalo ga, bukan kamu yang duduk di mobil ini dan tidur di rumah itu..."

banyak yang terjadi dalam beberapa hari itu. terlalu banyak malah. banyak berat hati yang pada akhirnya tetap terkumpul dan bermuara pada satu hal yang disebut bahagia. banyak pikiran, banyak rasa. terlalu banyak malah. yang tak menjadi banyak hanyalah sesuatu yang mungkin suka orang sebut cinta karena ia justru membesar dan melebar, bukan hanya semakin banyak. dan apapun itu, sejatinya semuanya hanyalah moment of life. bukan masalah, bukan kesenangan, bukan sakit hati, bukan jatuh cinta. sebut saja semua itu... moment of life.

dia masih diam memandang kosong ke luar jendela dengan playlist lagu-lagu kesukaannya melantun menemani dengan satu telapak dan lima jari tangan menggenggam miliknya erat.


*****

jangan pernah percaya fiksi!

Minggu, 13 Februari 2011

surat cinta day #32 - untuk #KAMU

Somewhere I can't tell you, February 14 2011

I LOVE YOU AND I MEAN IT!
I MEAN IT WITH MY WHOLE HEART!
AND JUST DON'T ASK!

Good day and night, Favorite!

Sabtu, 12 Februari 2011

day #31 - untuk Jumat Ajaib

Selamat pagi, The Cure.

Apa kabar kalian? Terima kasih sudah melantunkan Friday I'm in Love dan menemani aku menyambut Jumat luar biasa dengan cinta yang jatuh begitu banyak dan tak terbendung untuknya. Semuanya terjadi di hari jumat. Semua hal besar yang menjadi bagian dari rasaku untuknya terjadi pada hari jumat, termasuk jumat ini. Jumat tak terduga yang bahkan sampai sekarang masih tak mampu kuduga.

Selamat pagi, Maroon 5.

Apa kabar kalian? Terima kasih sudah memainkan Sunday Morning meskipun hujan tidak turun pagi ini. Meskipun aku mengharapkan hujan untuk memanja, walaupun tidak pagi ini, paling tidak hari ini. Sayangnya matahari cerah. Tak ada bedanya dengan rasaku yang terang dari jumat sampai hari minggu ini. Aku bahagia. BAHAGIA. Bahagia dengan bold, italic, underline, larger font size, stabilo, dan highlight lainnya. Aku memang suka jumat. Sudah kupastikan.

Selamat pagi, Jumat Ajaib!

30 hari --> 32 hari

Mengingat proyek 30 Hari Menulis Surat Cinta dimulai tanggal 14 Januari dan diakhiri tanggal 14 Februari serta jumlah hari pada bulan Januari ada 31 hari, maka 30 Hari Menulis Surat Cinta otomatis berubah menjadi 32 hari. Jadi, akan ada 32 post surat cinta, bukan 30. Terima kasih.

day #30 - untuk kamar gelap


selamat malam, Tititeliti.

entah kenapa kamu sempat dinamakan begitu. seingatku karena kamu kamar nomor tiga dan yang pertama terbayang di pikiranku adalah salah satu tokoh dalam majalah Bobo, Bibi Tititeliti. lagipula terdengar lucu kan? punya Eci saja namanya Cicihuahua, kenapa kamu tidak Tititeliti? iya kan? tapi aku lebih suka menyebutmu kamar gelap. karena dalam kondisi itulah kamu terlihat begitu cantik. paling cantik. dalam kondisi itulah kamu prima memainkan peran hebatmu. dalam kondisi itulah aku paling suka bersamamu

kamu sebenarnya terlalu sering membuatku kesal. alasannya, kamu adalah salah satu hal yang harus kuurus sendiri. kamu merepotkan pada saat tertentu, seperti saat aku kembali dari liburan panjang dan meninggalkanmu. kamu salah satu tanggung jawab yang harus kutangani sendiri dan itu menyebalkan.

tapi apapun itu, aku menyayangimu. kamu sudah setia bersamaku selama sekitar 2,5 tahun. kamu sudah menghadirkan kehangatan berlindung, bukan hanya untuk tubuhku, tapi juga hati dan pikiranku. kamu sudah menyediakan kesejukan berteduh, bukan hanya dari sengatan panas matahari tapi juga dari hujaman masalah dan konflik yang butuh obat penenang. kamu sudah membolehkan sinar matahari menyusupi jendela dan menyadarkanku kalau aku masih diberi kesempatan untuk baik baik saja, serta membolehkan angin malam menusuk dingin dari pintu dan memberitahuku bahwa aku masih hidup dan harus segera beristirahat.

kalau ada yang bilang bahwa hati adalah alat pendramatisir keadaan paling canggih, kamu lah bahan bakar bagi mesin yang disebut hati itu. kamu yang menampung air mata sampai bantal bantalku berjamur menghitam dan menumpuk tawa atas semua kisah bahagia atau sekedar lucu.

kamu membuat gelap semakin pekat. kamu membuat musik semakin emosional. kamu membuat film seperti biografi diri, kamu membuat kecewa semakin hancur, kamu membuat bahagia semakin bersinar, kamu membuat patah hati semakin remuk, kamu membuat jatuh cinta semakin indah. kamu menyiapkan kopi yang terasa seperti rasa yang sedang dirasakan hati di pagi hari. kamu memainkan suara spongebob setiap mataku mulai terbuka dan membuat aku merasa tidak sendiri. kamu ahli mendramatisir.

terima kasih telah cukup lama menemaniku dan semoga bertahan bersamaku sampai batasnya. batas yang semoga tak terlalu lama dari sekarang. aku rasa akan aneh memulai bersama yang lain nantinya. tapi siapa yang tidak?

selamat malam, Kamar Gelap.

day #29 - untuk sembilan belas


Selamat malam, Delapan Belas.

agak berat memikirkan aku akan segera meninggalkanmu. aku hanya tak suka angka itu semakin besar. aku merasa seperti menuruni satu tangga kebanggaan jika aku menyebut angka yang semakin besar di hadapan orang orang. karena itu memang kebanggaanku. kebanggan untuk selalu menyebut angka yang kecil pada lingkunganku. lingkungan manapun, aku akan selalu menjadi satu yang selalu mampu menyebut angka terkecil. meskipun dimanapun aku akan selalu menyebut angka terkecil, aku tetap tak suka nilai angka itu semakin besar. karena meskipun angka itu tak pernah semakin besar bagi dunia tempat tinggalku, angka itu semakin besar bagiku.

sejak awal aku sudah seperti menempati hidup yang salah. terlalu cepat. terlalu cepat dibandingkan sewajarnya rata-rata. aku pernah ditanyai oleh seorang kakak angkatan yang sekelas denganku tentang hal itu. ia menanyakan dengan serius seakan sedang berada dalam riset besar dimana aku adalah subjeknya. ia menanyakan pernah atau tidak aku merasa kesusahan menjalankan peranku yang sesungguhnya belum waktunya untuk diperankan, pernah tidaknya aku merasa sulit beradaptasi, pernah atau tidak aku merasa berbeda dengan orang orang di sekitarku. saat itu aku menjawab dengan bangga dan lantang "tidak!". itu saat aku semester 2. dan sekarang aku duduk di bangku semester 6 dan semakin hari semakin merasa jawabanku berubah menjadi "iya!". "iya aku karbitan, matang sebelum waktunya!".

semakin dekat waktu aku meninggalkanmu. merubahmu menjadi Sembilan Belas. aku semakin merasa keberatan. aku juga tak suka menggombal bahwa kamu indah, waktu bersamamu selama ini berharga, semua yang menjadi bagian darimu luar biasa. tidak! karena aku percaya waktu setahun yang kusebut Delapan Belas bukan pusat tata surya. aku lebih suka percaya bahwa pusat tata surya sebagian besar ada pada Subjek, beberapa pada Objek, sedikit pada Predikat, dan bagiku Keterangan bukanlah apa apa. waktu hanyalah keterangan. Delapan Belas bukanlah apa apa. bagian bagian pembentuk Delapan Belas yang pantas menjadi Subjek, Objek, atau Predikat yang luar biasalah yang berarti. bukan Delapan Belas-nya. bukan keseluruhan.

aku keberatan hanya karena aku tak sudi menjadi dewasa. aku tak sudi meskipun aku telah melihat semua orang disekitarku yang selalu telah menjalaninya terlebih dahulu dariku baik baik saja. aku tak sudi. aku tak sudi menjadi sudah-Sembilan-Belas meskipun semua orang disekitarku bilang baru-Sembilan-Belas.

meet you soon there anyway. welcome.

Selamat malam, Sembilan Belas.

Kamis, 10 Februari 2011

day #28 - untuk Bu Rina

Good evening, Mom!

you've ever write your about-me data like this :

"coffee lover and cola addict"

and just so you know, I love you like you love coffee and I'm addicted to you like you're addicted to cola, Mom!
you're the funnest lecturer I've ever been studying with for almost 3 subjects. you're my favorite. you are!

Selasa, 08 Februari 2011

surat cinta day #27 - untuk isi hati


selamat siang, kehati hatian.

aku mohon, tolong pergi! tolong pergi dan biarkan isi hatiku mengalir sesuai wujud keadaannya yang sesungguhnya tanpa harus dibatasi olehmu, kehati hatian. kamu menahan isi hati yang sesungguhnya ingin keluar. kamu membuat dia meragukanku. biarkan aku melakukan semuanya sesuai isi hati. tinggalkan kami! biarkan kami berdua sendiri agar dia berhenti meragukanku.

aku tidak peduli. apapun alasanmu selalu mengiringiku, aku tidak peduli! terserah kamu mau mengatas namakan trauma, pengalaman, persiapan untuk keadaan terburuk, memblokir harapan dan ekspektasi, atau apalah. aku tidak peduli. pergi sekarang juga! jangan halang halangi rasa yang sesungguhnya aku punya untuk diungkapkan. jangan halangi aku mengeksplor isi hatiku hanya karena terlalu berhati hati. pergi sekarang juga karena aku sudah muak diragukan oleh dia dan aku ingin bisa membuatnya percaya akan apa yang sesungguhnya ada dalam diriku, dalam hatiku. tolonglah kehati hatian, tinggalkan aku, rasaku, tulusku, dan isi hatiku sekarang juga. biarkan aku bebas.

selamat siang, isi hati.

Legenda 7 Bersaudara


konon, jaman dahulu kala, di suatu tempat yang tak bisa disebut desa dan belum juga bisa disebut kota, hidup 5 orang kakak beradik. kelima kakak beradik itu berjenis kelamin perempuan. anak pertama bernama Novi, yang kedua bernama Opi, yang ketiga bernama Devi, yang keempat bernama Maya, dan yang kelima bernama Eci. mereka hidup bahagia dan berkecukupan, bahkan bisa dibilang berlimpah harta. mereka hidup bersama ayah dan ibu mereka. ayah mereka pemilik sebagian besar lahan persawahan dan perkebunan di daerah mereka. ibu mereka hanya merupakan ibu rumah tangga biasa.

pada suatu masa, pekerjaan ayah 5 bersaudara sedang berada pada posisi krisisnya. banyak pesaing pesaing pemilik lahan yang mulai berbuat curang serta memanfaatkan ayah mereka. dari situ ayah mereka mulai bangkrut dan keluarga mereka jatuh miskin. saat itu si sulung Novi baru berusia 6 tahun, Opi 5 tahun, Devi 4 tahun, Maya 3 tahun, dan Eci 2 tahun. sementara itu, ibu mereka baru saja melahirkan anak ke 6 yang diberi nama Via dan lagi lagi berjenis kelamin perempuan.

keluarga itu bertahan selama hampir setahun dalam keterpurukannya. pada suatu saat, ayah 6 bersaudara meninggal dunia. berdasarkan hasil pemeriksaan, ayah mereka dibunuh dengan cara diracuni oleh salah satu pesaing kerjanya, pemilik lahan sawah terbesar kedua di daerah tempat tinggal mereka. saat itu ibu mereka sedang mengandung anak ke 7. kandungan sang ibu sudah memasuki bulan ke 3. keluarga itu sangat terpukul, terutama ibunya. anak anak masih kecil sehingga masih belum begitu paham tentang kematian ayah mereka. sejak saat itu ibu mereka mulai mengalami depresi berat dikarenakan keadaan ekonomi keluarga dan juga kematian sang suami. sang ibu mulai selalu menyalahkan kelahiran Via sebagai awal dan penyebab semua kesialan hidup yang menimpanya.

sampai anak ke 7 lahir, ibu 7 bersaudara masih bertahan mengurus keluarga itu dalam depresinya. anak ketujuh itu dinamai Bona. anak itu perempuan. sang ibu akhirnya menemui waktu menyerahnya saat Bona menginjak umur sekitar satu tahun dan baru saja bisa duduk sementara Via baru bisa berjalan. ibu mereka meninggalkan mereka dan tak lama kemudian ditemukan meninggal gantung diri.

sejak saat itu 7 bersaudara bertahan hidup sendiri. Novi yang baru berusia 8 tahun terpaksa menjadi semacam pembantu rumah tangga pada suatu keluarga berkecukupan, makan enak di sana dan hanya pulang seminggu sekali. sementara itu di rumah adik adiknya selalu makan nasi aking. anak kedua, Opi harus bekerja menjual koran setiap hari demi menghidupi adik adiknya. setiap hari ia berkeliling daerah tempat tinggal mereka dan berteriak "koyaaan... koyaaaaaaann..." karena ia pun baru berusia sekitar 7 tahun dan belum bisa benar mengucapkan "R". anak ketiga, Devi yang baru berusia 6 tahun hanya bisa mengerjakan pekerjaan rumah dan mencoba menjaga ke 4 adiknya.

Maya dan Eci adalah anak yang paling nakal. Maya selalu ditugaskan menjaga Eci namun perilaku kedua anak itu tidak terlalu berbeda. Maya lebih sibuk bermain dengan anak lain, terutama anak anak lelaki yang banyak menyukainya dibandingkan bermain dengan dan menjaga Eci. sementara itu, Eci paling tak bisa dikontrol perilakunya. ia suka mengacau di rumah para tetangga, bermain dan tak pulang sampai kakak kakaknya kesusahan mencarinya, menghancurkan barang barang milik orang lain, memukul anak tetangga dan sebagainya. ia bahkan suka mengambil barang dagangan warung dekat rumahnya tanpa mau bayar sehingga Opi yang paling sering ditegur dan dimintai bayaran atas utang Eci oleh pemilik warung setiap ia pulang menjual koran. padahal saat seperti itu Opi sedang dalam keadaan paling lelah, tapi Eci selalu menambah beban lelahnya.

kenakalan Eci tidak hanya sampai disitu. ia juga sangat suka menendang nendang kepala dua adiknya, Via dan Bona. ia suka merebut susu jatah Via, dan akhirnya Via hanya bisa minum air rendaman beras, sehingga Via terlihat begitu kurus sementara Eci adalah yang paling gemuk di antara ketujuh saudaranya. ia juga beberapa kali pernah mendorong Via masuk ke dalam sumur dan harus diselamatkan oleh Devi yang lalai memantau adiknya karena sedang mencuci pakaian dengan menaikkan Via ke dalam ember penimba sumur yang ditarik dengan tali. Via adalah anak yang paling jarang melawan di antara mereka sehingga ia paling sering diganggu oleh kakaknya yang nakal.

pada suatu saat, Opi yang sedang menjual koran keliling bertemu dengan seorang pria yang sudah 8 tahun menikah namun belum memiliki anak. pria itu sangat bersimpati dengan keadaan keluarga Opi dan berniat merawat anak yang paling kecil, Bona, sebagai anak mereka sendiri. Opi yang bingung, selalu panik, masih kecil, serta sudah lelah bekerja menanggung hidup adiknya langsung mengiyakan dan menyerahkan Bona kepada pria tersebut. mulai saat itu Bona kecil yang baru bisa duduk hidup mapan. hal yang sama terjadi seminggu kemudian saat Opi sedang berjualan koran di sekitar pelabuhan. saat itu ada seorang pengusaha kaya raya asal Papua bertemu Opi, bersimpati dengan keadaan keluarganya dan berniat merawat Via. Via pun diserahkan kepada orang itu. sejak saat itu Via hidup senang dan kaya raya.

keluarga itu mengalami satu lagi peristiwa besar saat Eci yang sedang bermain dan membuat kerusuhan di mana mana diculik oleh seseorang yang tidak dikenal. pada akhirnya penculik itu pun tak dapat dilacak dan Eci pun tak pernah ditemukan lagi. anehnya, kakak kakak Eci tidak begitu kehilangan dan mengalami kesedihan atas kejadian tersebut. sejak saat itu, Opi, Devi dan Maya sering menghabiskan sebagian besar waktu mereka di pasar dan melakukan pekerjaan apa saja yang bisa dikerjakan. Novi sesekali ikut meskipun tidak sering karena ia masih bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga kaya raya itu. pada suatu hari yang sibuk, saat 4 bersaudara sedang bekerja di pasar, Maya hilang. tak ada yang tau bahwa ia diculik atau ia melarikan diri untuk menemukan hidup baru.

dalam kesepiannya Opi dan Devi semakin sering bersama. Novi masih seminggu sekali pulang. Keluarga yang kini merawat Via dan Bona sering mengirimkan uang untuk keluarga mereka yang tertinggal 3 orang. keseluruhan kisah ini pun masih menggantung, kecuali kepastian bahwa Opi sempat memberikan potongan beling yang ia temukan dari menggaruk garuk tempat sampah untuk satu persatu saudaranya. masing masing mendapatkan satu potong beling yang juga bukan berasal dari satu barang utuh yang sama. Opi hanya berharap suatu saat nanti, saat semuanya telah dewasa, mereka akan bersatu kembali di suatu tempat yang entah dimana dan mungkin saja disebut Jogja atau Kaliurang.

sekian.



NB : whole story is a joke!

story ideas : Sridevi Lenggeni Asman, Noviani Dhias Pratiwi, Novia Irianti, and Dessy Jusraeni Putri.

and I just can't stop ngakakkk!!!