Senin, 23 Juni 2014

Tak Habis

Setelah kau lelah berjalan
Kau akan duduk dan berbincang
Dengan tepian jalan raya
Dengan remang cahaya lampunya
Lalu kau akan kembali lelah
Kau akan berpulang dan berbicara
Dengan tembok kamar
Dengan coretan ingatan di sisi-sisinya
Lalu kau akan kembali lelah
Kau akan terbenam di balik selimut
Bercerita dengan Tuhan dalam lelapmu
Meminta agar kau tak lagi diberi mimpi
Lalu kau akan kembali lelah
Kau akan terjaga dan mulai berjalan
Sampai kau kembali lelah
Dan tulisan ini tak akan selesai

Rabu, 04 Juni 2014

Lalu Ia Pindah

Aku mengenal seorang gadis.

Dia tinggal di sisi jalan setapak
yang dari selokannya,
cacing-cacing raksasa buruk rupa
akan segera muncul dan mengamuk.

Dulu tubuhnya taman.
Matanya kembang
yang kelopaknya terbuka setiap fajar,
sorotnya mekar di siang hari
dan kedipnya semerbak matang mewangi
menjelang senja.

Dulu ia bersahabat dengan hujan.
Kaki telanjangnya senang menari
dengan rumput-rumput basah.
Kini mereka asam dan tajam,
senang menusuk-nusuk ubun-ubun kepala.

Kini ia hanya bisa menyelupkan
telapak kaki telanjangnya
ke dalam genangan kenangan
di tengah jalan setapak yang gelap
dan tidak bersahabat.

Dulu tubuhnya taman.

Lalu ia pindah.

Kini matanya layu.



Jakarta, 1 5 13

Senin, 02 Juni 2014

Tiga Matahari Tenggelam di Punggungmu

Matahari kecil berlari-lari.
Di kaki-kaki gunung.
Di ujung garis bentang savana.
Di balik terbang burung-burung.
Sampai lelah bermain-main.
Lalu pulang.
Ke lengkung punggungmu.

Matahari tua duduk-duduk.
Di gerbong-gerbong kereta.
Di sepanjang bentang rel sepulau penuh.
Di balik kaca-kaca retak.
Sampai bosan menjadi bijak.
Lalu pulang.
Ke lengkung punggungmu.

Maka matahari ketiga terbit di dalam kepalaku.
Bernyanyi-nyanyi.
Di sudut bibirmu.
Di balik matamu.
Di rangkul lenganmu.
Sampai puas tersenyum.
Lalu pulang.
Ke lengkung punggungmu.





Baluran, 29 5 14
Pukul ketika matahari hampir habis ditelan ujung bumi

Warna yang Tak Dapat Dijelaskan

Ada warna yang tak dapat dijelaskan.

Warna yang seperti jingga.
Atau mungkin nila.
Atau mungkin marun.
Atau mungkin kemuning.

Warna yang penjelasannya tak terpantul cermin.
Tak juga terekam mata.
Tak juga terbias cahaya.
Tak juga terbaca kata.

Warna seperti yang terlukis di langit fajar atau senja.
Dari balik gunung.
Dari sela mega-mega.
Dari kota yang rumah.

Warna seperti yang menetap di dalam kepalamu.
Yang masih redam dalam lelap matamu.

Warna seperti yang hidup di dalam hatiku.
Yang selamanya telah rebah di bibirku.

Warna yang tak dapat dijelaskan.
Yang hanya saja kautahu ia ada.





KA Progo Jkt-Yk
27 5 14
Pukul ketika matahari menyerahkan mimpinya kepada pagi