Rabu, 04 Juni 2014

Lalu Ia Pindah

Aku mengenal seorang gadis.

Dia tinggal di sisi jalan setapak
yang dari selokannya,
cacing-cacing raksasa buruk rupa
akan segera muncul dan mengamuk.

Dulu tubuhnya taman.
Matanya kembang
yang kelopaknya terbuka setiap fajar,
sorotnya mekar di siang hari
dan kedipnya semerbak matang mewangi
menjelang senja.

Dulu ia bersahabat dengan hujan.
Kaki telanjangnya senang menari
dengan rumput-rumput basah.
Kini mereka asam dan tajam,
senang menusuk-nusuk ubun-ubun kepala.

Kini ia hanya bisa menyelupkan
telapak kaki telanjangnya
ke dalam genangan kenangan
di tengah jalan setapak yang gelap
dan tidak bersahabat.

Dulu tubuhnya taman.

Lalu ia pindah.

Kini matanya layu.



Jakarta, 1 5 13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar