Senin, 26 September 2011

kita pernah biru



kita pernah terlukis sebagai bentangan langit di musim panas. di lukisan itu, ada burung-burung kecil yang mengicaukan nada harapan dan kebahagiaan, atau setidaknya kesungguhan. di lukisan itu, kita biru dan begitu cerah, sampai bahkan tak ada segumpal awan sekalipun yang menodai biru kita.

sampai entah kapan, entah di mana, entah kamu atau aku, akhirnya mengubah biru kita menjadi abu-abu. semakin lama abu-abu itu semakin pekat dan menghitam. lalu hujan turun sangat deras seperti tak berniat mereda sedikitpun. tak ada burung, tak ada harapan, tak ada kebahagiaan. kesungguhan yang pernah begitu beku dan keras akhirnya mencair dan mengalir hilang, melebur dengan aliran air hujan yang entah bermuara dimana.

hujan ini terus turun dengan derasnya. kita tak mampu berbuat apa-apa. tak ada pawang hujan yang bisa. kita bisa berdoa untuk satu lagi hari yang cerah, tapi semua itu tak menghentikan hujan ini.

kamu bisa berharap untuk dapat memperbaiki semuanya. menjadi sepetak atap yang bisa kutempati untuk berlindung dari hujan, lalu kamu bahkan bisa berdoa agar hujan ini tak usah berhenti. kamu percaya semuanya bisa kembali menjadi baik. tapi hidup ini gila. banyak hal baik, banyak hal buruk, dan lebih banyak lagi di antaranya. sekarang kamu tidak akan mampu menjadikannya baik. paling jauh kamu hanya akan menggapai yang di antara itu.

kita pernah biru. lalu menjadi abu-abu. lalu akhirnya menjadi deras. dan kamu tak bisa berbuat apapun untuk meredakannya. hujan ini bukan kuasamu.


*****

on the air while written : James Morrison - Please Don't Stop The Rain

Jumat, 23 September 2011


Cita-cita saya; Menikmati hidup.

Sesederhana hidup untuk menit ini dan tidak mengkhawatirkan menit berikutnya atau menyesali menit sebelumnya.

Sesederhana meyakini bahwa menit ini, sebelum ini, atau setelah ini indah dan menyenangkan apapun keadaannya.

(tidak) baik-baik saja.


Memang benar jika kamu sering mendengar kalimat sederhana yang berbunyi "tidak ada yang sempurna di dunia ini". Tapi apa kamu pernah benar-benar memahaminya?

Memang tidak ada yang sempurna. Tidak semua hal yang kamu alami harus menyenangkan. Tidak semua keadaan yang kamu lalui harus baik-baik saja. Tidak semua harapan yang kamu buat harus berjalan sesuai yang kamu inginkan.

Mudah saja. Berapa banyak mantanmu yang sampai sekarang masih punya hubungan yang benar-benar baik denganmu seperti tidak pernah terjadi apa-apa diantara kalian, tidak ada sakit hati apapun? Beruntunglah jika kamu masih sempat menghitung, karena sayangnya aku cuma punya satu. Satu dari sekian banyak kisah yang pernah kuusahakan. Berapa banyak harapan orang tuamu yang masih sanggup kamu ingat dan kamu penuhi? Beruntunglah jika kamu masih sempat memikirkan dan mempertimbangkan, karena aku tak punya banyak. Memang benar aku kebanggan, berhasil memenuhi harapan-harapan besar mereka yang tampak. Tapi sepertinya ada semilyar harapan tak tampak dari mereka yang sudah kukhianati habis-habisan.

Tidak semua hal dalam hidup bisa baik-baik saja. Bahkan sebagian besar pasti tidak baik-baik saja. Kamu mungkin bahkan tak benar-benar paham mana yang baik dan mana yang tidak.

Mudah saja. Kamu mungkin telah tanpa sadar membalas dendam dan menyakiti lebih dari kamu pernah disakiti. Katamu, pembalasan memang selalu lebih kejam dari perbuatan. Kamu kemudian tahu kalau pendapat 'pria itu bajingan' adalah pendapat paling salah karena kamu sudah lebih buruk dari bajingan, kalau kamu mau. Semuanya lalu menjadi tidak baik-baik saja. Atau kamu sudah menjadi alasan dari hilangnya seseorang dari peredarannya yang biasa, karena kamu sempat memberinya sayap kecil untuk membantunya terbang, lalu kamu ambil lagi sayap itu tiba-tiba sampai ia jatuh menghantam bumi. Jelas keadaan tidak baik-baik saja.

Dunia memang rumit, tidak sesederhana membuka mata di pagi yang mendung dan kemudian kebetulan menemukan kopi instan dan lalu menyeduhnya dan akhirnya pagimu menjadi baik-baik saja. Lebih banyak hal yang tidak baik-baik saja. Maka terima saja.

Rabu, 07 September 2011

"...namanya Ikhlas."


Tuhan baik menciptakan konsep luar biasa bernama Ikhlas. Tidak kalah luar biasa dengan penciptaan Bumi yang bulat mengintari Matahari dan diintari Bulan dengan teratur dalam tatanan agung Bimasakti. Tuhan baik melahirkan rumus bernama Ikhlas yang rumit dan kompleks, namun mampu menjadi jalan keluar pemecahan fenomena alam, melebihi rumus ajaib Einstein tentang kecepatan cahaya. Tuhan baik merancang gambaran abstrak bernama Ikhlas yang tidak mampu diindera sama sekali, kecuali diamini.

Tuhan teramat baik jika sampai menyematkan Ikhlas-Nya ke sebuah jiwa yang pantas. Agar jiwa itu mampu bersyukur. Agar jiwa itu mampu lebih mengagungkan Tuhan-nya dan ciptaan-Nya yang lain seperti Waktu. Bahwa Waktu bukan sekedar berjalan, melainkan berlari. Bahwa semuanya akan tertinggal dan berubah. Bahwa semuanya sudah ditata sesuai porsinya dan kita tinggal menerima dan menjaganya tetap berarti.

Tuhan sangat baik mengandungkan pemahaman besar di balik Ikhlas. Bahwa Ikhlas adalah tentang menerima kenyataan dimana segala sesuatu apapun yang terjadi adalah baik pada hakikatnya. Tak ada yang perlu diprotes. Tak ada yang perlu disesali. Tak ada yang perlu dicaci-maki dan dibenci. Semua kejadian adalah baik. Semuanya pasti berubah, tapi tak ada yang harus merusak. Semuanya baik pada awalnya, dan pantas untuk tetap menjadi baik selamanya.

Tuhan baik menciptakan Ikhlas agar kamu berdamai dengan bagian-bagian dari sejarah hidupmu. Agar kamu mampu melihat hakikat kebaikan dari segala kejadian itu. Tuhan baik menciptakan Ikhlas agar sejarah yang seharusnya berharga dan indah sampai kapanpun, tidak menjadi sekedar tulisan yang memudar di atas buku tua dengan kertas kecokelatan yang tidak menarik, tidak bernilai, dan akan segera dibakar dengan mudahnya.