Sabtu, 21 Januari 2012

di pelukan itu kita pulang...


aku rasa kita telah berjalan terlalu jauh. melewati ribuan jalan tol, jalan raya sampai gang-gang tikus. kita telah menggunakan berbagai cara untuk berpindah tempat untuk akhirnya tiba di titik ini. lalu pada suatu saat kita mengalami sebuah kecelakaan hebat yang membuat kita berdua sama-sama mengalami amnesia. kita lupa dari mana kita berasal sehingga tidak mungkin bisa kembali. aku rasa kita juga mengalami geger otak sampai kita bisa kehilangan kewarasan sejauh ini.

aku rasa kita sudah mengalami berbagai proses sampai menjadi seperti ini. tidak lagi dekat, tapi menjadi satu. tak ada lagi spasi sama sekali. kita sudah menarik dan menghembuskan udara yang sama untuk bernapas. kita membuat paru-paru kita sesak satu sama lain untuk mengkonsumsi satu porsi udara untuk dua jiwa. kita membuat kaki kita kelelahan untuk menopang berat dua jiwa dalam setiap langkah. kita membuat kepala kita meledak karena terisi pikiran dari dua otak tentang satu sama lain dalam satu ruang penat yang sama.

aku rasa kita telah menciptakan dua ekor keledai yang terjatuh pada lubang yang sama untuk kedua kalinya. bahkan aku rasa kita adalah hewan lain yang lebih hina dari keledai karena kita terjatuh pada lubang yang sama berkali-kali, bahkan setelah kita mampu menghitung dan menghafal berapa langkah lagi lubang itu berada dari tempat kita berdiri. aku rasa kita selalu sengaja menjatuhkan diri, hanya saja aku tahu pasti bahwa kita tidak menikmati hal ini.

aku rasa kita tahu seberapa tinggi tingkat ketergantungan kita pada substansi kebersamaan kita satu sama lain. aku rasa kita sadar bagaimana toleransi hati kita yang terus meningkat dan mengakibatkan kita terus meningkatkan dosis sampai kita ada di tingkat ketergantungan setinggi ini. kita tahu adiksi ini telah menciptakan dua sosok monster raksasa, tapi kita tahu bagaimana beratnya dipaksa berhenti mengkonsumsi. kita tahu berusaha menjauh adalah usaha yang membutuhkan energi besar yang selalu sia-sia.

aku rasa aku sudah terlalu banyak berdoa agar diberi petunjuk jalan mana yang harus kulewati jika tujuan akhirnya adalah aku harus bersamamu maupun tidak bersamamu. sampai akhirnya yang kutemukan hanya jalan yang aku tak pernah tau ke mana tujuannya. aku rasa kamu juga sudah terlalu banyak meyakini bahwa semua akan baik-baik saja. sampai akhirnya yang kamu alami tidak banyak yang baik-baik saja bahkan sangat sedikit karena hasil dari semuanya adalah kacau balau.

sekarang, satu-satunya yang aku pahami adalah kita harus pulang ke rumah masing-masing. untuk itu aku sadar bahwa di atas segala hal yang telah terjadi,
"...rumah adalah dimana pelukan kita melebur menjadi satu dan merangkul tubuh kita satu sama lain. maka pulanglah, aku tahu kita lelah."