Rabu, 14 Desember 2011

Dusk and Dawn


you cry the clouds when it's sunny and burn the sky when it's rainy.

you rise the stars when it's dawn and drown the moon when it's dusk.

.....


Seperti senja, kamu membawa dingin hembusan angin malam bersamaan dengan hangat jingga langit sore.

Seperti fajar, kamu membawa dingin beku suhu udara pagi bersamaan dengan hangat sinar terbitnya surya.

Seperti senja dan fajar, kamu melukiskan matahari dan bulan bersamaan dalam satu bingkai langit yang beralih memudar dan memutar warna.

Bersama Kebersamaan


Kita sudah mengayunkan jutaan langkah bersama.
Kita sudah mengusap milyaran peluh bersama.
Kita sudah menopang ribuan tulang satu sama lain.
Kita sudah menggambarkan trilyunan mimpi dalam kesendirian malam.
Kita sudah melafalkan milyaran mimpi dalam keramaian tawa.
Kita sudah meneriakkan ratusan suara dukungan.
Kita sudah menyanyikan ribuan nada dengan hati kita.

Kita melebur pada suatu konsep masa peralihan.
Kita berlari dari dunia fantasi yang sempurna ke setengah realita.
Kita mempersiapkan diri menghadapi realita sseutuhnya.
Kita memaknai potongan-potongan kecil hidup sebagai pelajaran.
Kita menyatu dan terikat dalam sebuah tali berlabel perbedaan.
Kita memiliki jiwa satu sama lain tanpa diarahkan.
Kita memahami dan mengandalkan diam-diam.

Kita bersama sejak kebersamaan berarti harus selalu bersama dan memamerkan ikatan kebersamaan dalam susunan aturan tertentu, sampai yang tersisa hanya kebersamaan batin dan jiwa serta dukungan, pengertian, dan mimpi yang selalu terbang bersama dan ternyata lebih kuat dari kebersamaan manapun.

Lebih Buta


Dulu aku melihatmu dalam buta.

Meraba-raba dalam hitam. Aku tak punya mata, tapi kata mereka aku punya hati. Walaupun menurutku yang aku punya adalah keyakinan. Keyakinan bahwa kamulah yang kuinginkan. Keyakinan yang semakin pekat pada ruang yang semakin gelap. Aku tak mampu melihat apapun. Aku hanya tahu bagaimana diriku, tanpa mau tahu bagaimana dirimu. Aku tahu aku mendambakanmu, tanpa mau tahu seperti apa dirimu.

Aku menyentuh matamu dan aku tahu mata itu indah. Tidak peduli ke arah mana mata itu melihat. Aku menyentuh dadamu dan merasakan detak jantungmu. Tanpa tahu apa yang disenandungkan ritme degupannya.
Aku tak perlu melihat mana yang baik dan mana yang tidak. Aku tahu semua hitam.

Dengan begitu aku tergila-gila.


Lama-lama aku lelah meraba-raba.

Aku berjalan perlahan ke arah kontak lampu. Berusaha menyalakannya.

Mencari sedikit cahaya yang aku pikir akan membantuku. Mencari cerah yang aku pikir akan berwarna. Mencari binar yang aku pikir akan menerangi.
Aku merangkak dari jatuh dalam langkahku menuju sesorot sinar. Merangkak dari jatuh untuk tujuan yang sesungguhnya tak aku inginkan. Aku tak benar ingin menyalakan lampu. Aku hanya lelah meraba-raba. Kenapa tidak duduk diam saja di dalam gelap? Sampai akhirnya aku meraih kontak lampu. Banjir cahaya menerobos masuk ke mata besarku.

Aku pikir aku akan bergerak lebih mudah dalam terang. Aku pikir aku tak akan lagi kelelahan meraba-raba. Ternyata silau menyakitkan.

Lalu aku menjadi gila.


Sekarang aku sekarat untuk menjadi gila.

Cahaya disekitarku terlalu banyak. Mereka membunuhku. Mereka bergerombolan maju bersamaan ke arahku dengan pisau terasah di genggaman masing-masing.

Aku melihat terlalu banyak. Tahu terlalu jauh. Mengerti terlalu dalam. Aku juga menilai terlalu banyak. Berharap terlalu jauh. Dan akhirnya kecewa terlalu dalam.
Tentang sosokmu. Aku meneteskan banyak darah. Pisau-pisau mereka tak mau berhenti menyayat. Ternyata terang lebih melelahkan. Aku berusaha meredupkan dan perlahan mematikan lampu lagi. Aku ingin kembali lebih membutakan diri. Aku ingin kembali memelukmu pada hamparan hitam. Aku mau kembali merasakanmu tanpa harus melihatmu.

Seperti itulah aku ingin tergila-gila lagi.



..........


aku ingin kembali buta. membutakan diri. lebih buta lagi...

Kenapa Kamu?

Karena aku sudah meninggalkan banyak hal, membuang banyak hal, merusak banyak hal, mengorbankan banyak hal, dan mengacaukan banyak hal...

Karena aku sudah melewati banyak hal, menggilai banyak hal, merasakan banyak hal, mencintai banyak hal, dan menghadapi banyak hal...

Karena aku pernah bahkan tergila-gila, lalu menjadi hanya gila, dan ingin kembali lebih dengan tergila-gila...

...Dalam seluruh waktumu menjadi bagian utama diriku.


...Dalam perjuanganku memiliki seutuhnya dirmu.