Selasa, 04 Januari 2011

lampu jingga jalan raya


aku terpaku diam menatap hitam penuh cahaya. aku suka jalan raya di malam hari. aku suka duduk melamun di pinggir jalan. aku merasa menonton televisi, menonton insprirasi. seakan aku bukan bagian dari tempat itu. aku hanya penonton. dan itu indah.

aku diam dengan tatapan kosong mencoba mendalami keributan suara mesin yang membabi buta. aku suka lampu jalan yang bersinar jingga. aku suka saat melihat tetes-tetes berkah yang dijatuhkan Tuhan tepat di bawah sinar jingga lampu jalan. aku suka jingga itu saat tercermin dalam genangan-genangan yang menguasai jalan setelah hujan. tapi syukur, malam ini tidak hujan. aku bisa beli makan dengan selamat dan kering. dan menonton jalan raya.

malam ini tidak hujan. kering. sejuk. tepat persis hatiku yang sedang berada pada masa musim semi setelah sekitar dua hari mengalami musim gugur yang cepat berganti menjadi salju yang dingin membekukan segala elemen diri, terutama hati. malam ini semua beku mencair. mengalir. pergi. matahari, bintang, pelangi, bunga, dan segala jenis kebaikan mekar.

"aku bosan. aku malas. bahasa kerennya, aku jenuh."
"alasannya?"
"aku tidak tahu. kamu terlalu baik. tak ada tantangan."
"berapa kali aku bilang, passion mengejar dan dikejar itu berbeda. dikejar itu bahkan tak ada passion-nya."
"ya... mungkin."
"aku yang mengejar. semua akan sulit bagiku dan mudah untukmu. kamu dikejar. kamu akan baik-baik saja. aku tidak."
"aku ingin mengejar."
"dan kamu tak mungkin balik mengejarku. it will always be someone else. jadi bagaimana?"
"bagaimana apanya?"
"dengar, ada saat melepaskan. tapi bukan sekarang, bukan besok, bukan nanti. kuharap. aku akan berjuang. aku melepaskan segala kesempurnaan yang sudah kumiliki untuk memperjuangkan suatu ketidaksempurnaan ajaib. ajaib dan kuat. dan itu kamu."
"kamu berjuang. aku tidak. semuanya jadi tak ada arti apa-apa bagiku."
"aku tau. beda passion mengejar dan dikejar. aku akan menyerah pada waktunya. tenang saja."

suara mesin-mesin di jalanan mulai meredup. mulai sepi. aku semakin suka. tapi tetesan berkah mulai tak sanggup terpenjara awan dan jatuh lagi. tapi aku tidak jatuh. aku hanya harus pulang. ini sudah jam setengah 12 di pojokan jalan samping lampu merah dekat kos. tempat duduk kesukaan.

"aku kangen. mungkin tak kamu dengar."
"aku dengar. aku juga kangen. maafkan aku."
"kamu tak pernah salah bagiku. kamu segala kesalahan yang kupilih menjadi benar. sebenar-benarnya keyakinan dan pilihan."
"aku sayang kamu."
"jangan tanya aku. aku lebih dari itu."

jingga di jalan, jingga di atas tetesan hujan, jingga dalam genangan, jingga dalam hati. terima kasih Tuhan untuk jalan raya dan lampu jalan cahaya orange-nya. terima kasih Tuhan untuk bising jalan dan tetesan berkah yang sering menyusahkan. terima kasih Tuhan untuk memperbaiki semuanya. karena Kau tau aku tak sanggup.


9.05 PM - Agronet
abis beli sate deket lampu merah
TERIMA KASIH TUHAN :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar