Rabu, 11 Juli 2012

Memutar Momen



pernahkan kamu merasa ingin memutar waktu dan kembali pada momen-momen tertentu yang pernah kamu alami dan mengubah sesuatu dari momen itu? seberapa sering kamu mengalaminya? beberapa kali sehari atau beberapa kali seminggu atau beberapa kali sebulan? beruntunglah bagi kalian yang mengalaminya lebih jarang dari opsi-opsi frekuensi di atas, karena saya bisa mencapai level beberapa kali sehari ketika otak saya sedang bekerja dalam taraf kesibukan berpikir yang tergolong sangat sibuk.

pada banyak waktu ketika saya sibuk berpikir kemudian memahami dan merenungi semua hal yang ada di dalam hidup saya, saya ingin kembali memutar waktu dan mengubah satu atau dua hal kecil yang mungkin akan mempengaruhi semuanya. pada titik itu saya ingin memiliki kemampuan seperti Evan dalam The Butterfly Effetcts namun tanpa harus mengalami simptom semacam gangguan jiwa dan juga tanpa harus mengalami kejadian yang terlalu tragis sepertinya. saya hanya ingin mengubah hal-hal kecil yang sesungguhnya ketika tidak diubah pun hidup saya baik-baik saja, tidak seperti Evan. banyak momen dalam hidup saya yang ketika saya lihat ke belakang, saya menemukan beberapa hal yang seharusnya saya lakukan tapi sayangnya tidak saya lakukan. maka benarlah ada kalimat seorang bijak yang mengatakan penyesalan adalah bukan tentang menyesali apa yang kita lakukan, melainkan apa yang tidak kita lakukan.

setelah satu atau dua kehancuran yang saya alami baru-baru ini tentang cinta, saya kini pulang dan menghabiskan banyak waktu di pelukan teman-teman yang membuat saya menyesali betapa minimnya waktu yang telah saya habiskan bersama mereka. mengingat seberapa berartinya keberadaan mereka sebagai saudara yang senantiasa menyelamatkan saya dari hal-hal yang akan melumat saya sampai habis, saya merasa mereka pantas mendapatkan kalkulasi waktu terbanyak untuk dihabiskan bersama dibandingkan dengan orang-orang lain. tapi seperti itulah, saya hanya sesosok tubuh yang sedang menapak pada tanah masa kini dan yang saya permasalahkan barusan adalah tanah masa lalu yang sudah ditinggalkan.

cerita di atas hanya satu dari sekian banyak (sekali) hal-hal yang saya ingin ubah. saya selalu berandai-andai, tentang masa depan maupun masa lalu. andai saya bisa suatu saat nanti memeluk gebetan saya dengan lengan yang penuh aliran rasa sayang. andai saya dulu tidak mengambil kuliah psikologi. masih banyak lagi pengandaian lainnya yang terkumpul acak-acakan di dalam kardus-kardus bekas di dalam gudang pikiran. pengandaian itu lebih banyak masuk ke dalam folder berlabel masa lalu memang. pengandaian itu tidak hanya tentang saya, tapi juga orang lain. andai saya bisa masuk dalam kehidupan A dengan lebih dalam dan intens sejak dulu agar dia tidak menghabiskan seluruh daya hatinya hanya dengan B sehingga berdampak pada keadaan A sampai sekarang. andai saya tidak hanya sibuk dengan hal A, serta bisa melakukan hal B, C, D, dan lainnya. andai saya bisa berlaku selayaknya A dan tidak memiliki pribadi seperti B dan mengalami hal C bukannya D.

kata menyesal mungkin bukan pilihan yang tepat. hal-hal ini hanyalah pemikiran sederhana yang hadir pada banyak waktu namun tidak banyak berarti. hal-hal ini hanya sebuah konsep dengan kuantifikasi yang tinggi dan kualifikasi yang rendah. hal-hal ini hanyalah pemikiran-pemikiran yang tidak melibatkan aspek emosional seperti perasaan. jadi ini bukan menyesal. semua akan kembali pada konsep yang berbunyi 'semua orang sudah memiliki porsinya masing-masing dalam segala hal' dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan serta konsep 'live your life' dan tidak ada yang perlu dipedulikan.

life happens. like a balloon, once it broke, it'll never be fixed.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar