Jumat, 13 Juli 2012

Cadung Bibirmu


Kamu pernah tahu kalau kamu tampan?
Kamu boleh menanyakan padaku kalau kamu memang tidak tahu, karena aku yang paling tahu.

Seperti yang aku pernah tuliskan tentang bibirmu yang terus merah dan basah meski tak putus menghisap dan menghembuskan asap rokok, aku juga selalu ingat tatapan matamu yang tajam dan sering tidak ramah.

Meski begitu aku tahu kamu baik. Baik sekali. Aku tahu kamu lebih perhatian dan peka dibandingkan teman-teman kita yang lain. Aku tak punya banyak teman yang bisa kuajak berkomunikasi dan saling memahami tanpa kata, dan kamu termasuk salah satu di antaranya.

Aku suka hidungmu. Memang tidak mancung, tapi proporsional. Paling tidak kokoh dan pas untuk menahan kacamata yang hampir tidak pernah kamu tanggalkan.

Aku suka rambutmu. Aku suka poni-poni tipis yang menutupi dahimu. Kadang poni-poni itu menjadi tidak tipis ketika kamu lama tidak mengunjungi tukang cukur. Hampir setiap sebelum tidur di malam yang biasanya lebih cenderung pagi, aku memupuk keinginan untuk bisa mengusap-usap kepala dan rambutmu setiap saat aku ingin, dan menggaruk-garuk kulit kepalamu dengan halus sampai kamu tertidur di pangkuanku.

Beralih dari wajahmu, aku suka tubuhmu. Iya, aku suka lelaki kurus seperti yang sudah sering kuungkapkan. Aku rasa aku akan betah memelukmu lama-lama. Aku juga merasa aku akan lebih betah dipeluk olehmu, bahkan tersangkut di dalamnya dan tak bisa lepas. Pada banyak waktu aku melihat tubuhku ada di dalam rangkulan lenganmu tepat di saat aku mengamatimu.

Kembali lagi saja ke bibirmu, bagian tubuh yang setidaknya paling suka aku bicarakan. Aku suka sekali saat bagian itu menarik kedua sudutnya dan menyunggingkan senyum. Aku suka pada beberapa waktu ketika bekas aroma rokok keluar melalui nafas dari bibirmu ketika kamu sedang tidak merokok.

Singkatnya, maka demikianlah aku mengagumi dirimu. Tepatnya hanya sebagian kecil dari keseluruhan dirimu yang memang mudah dikagumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar