Senin, 17 Desember 2012

Skenario Kematian

Nanti aku akan mati di tengah nyanyianmu.

Di sebuah ladang ilalang.
Yang pucuk-pucuknya menyuarakan kosong rongga dadamu.
Di sudut taman pohon kamboja.
Yang dahan-dahannya patah menjatuhkan puing-puing hatimu.
Di sepetak tanah basah.
Yang di langitnya beterbangan gagak-gagak hitam serupa masa lalumu.

Tarikan napasmu yang akan menusukku.
Berlumur darah di detik napas itu berhembus.

Nanti kau akan dengan jijik menatapku.
Mencium amis mayatku.
Lalu akan kau lantunkan sebuah lagu kematian.
Dengan nada dan hati yang riang.
Ketika itu aku akan mati semakin dalam.

Malam ini masih riuh mesin di jalanan yang membekapku.
Di antara sesak aku menyusun skenario kematianku.
Paru-paruku semakin mengerut tertindih bayangmu.
Yang memetik nada-nada minor dan mengantarkanku sekarat.
Bintang harapan diselimuti kabut kenangan.
Aku menggigil oleh merdu ucapanmu yang meniupkan beku.

Lorong gelap masih panjang untuk kulalui.
Di ujungnya yang menyilaukan, sosokmu berdiri gagah.
Dalam perjalanan itu doa-doa menggema di pelupuk mataku.
Aku memohonkan satu untaian sapamu.
Sebagai suara terakhir yang akan mengirimkanku kedamaian.

Karena aku tahu, nanti aku akan mati di tengah nyanyianmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar