Selasa, 04 September 2012

Rintik Hitam


Sayang,
Dini hari telah menghisap habis sinar merah yang menyala dari dalam diriku.
Di antara bintang dan bulan, aku terhimpit sebagai hitam yang membentang di angkasa.
Bahkan jingga pagi yang menghangat sekarang mampu membakarku sampai hampir menjadi abu.
Tanganku tak lagi cukup panjang untuk menggapaimu.
Kakiku sudah keram untuk berjalan menghampirimu.
Tubuhku terlalu lelah untuk memelukmu.
Andai ada selimut yang bisa kau rapatkan ke tubuhku karena aku telah dilumat malam.
Aku telah dicerna gelap karena asaku padamu yang menajam sepanjang malam.

Sayang,
Awan kelabu yang semakin pekat telah menghapus warna-warni dalam auraku.
Di antara rintik yang menerjang, aku tergeletak di tanah yang basah bermandikan lumpur.
Bahkan air yang tergenang tipis di permukaan bumi sekarang mampu menenggelamkanku.
Ada serpihan hati berserakan yang harus lebih dulu kubersihkan sendirian.
Ada bekas-bekas sayatan pisau yang harus lebih dulu kuobati sendirian.
Ada coretan-coretan yang harus lebih dulu kuwarnai polos sendirian.
Andai ada payung yang bisa kau sediakan sebagai atap untukku atau sekedar pelukan bagi kuyup tubuhku.
Karena dingin ini telah merasuk masuk bersama mimpiku membelai rambutmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar