Kamis, 03 Februari 2011

day #21 - untuk Mama Ari

Selamat malam, Tante.

Aneh menyapamu begitu karena kamu sudah punya sapaan yang semua orang pakai untuk menyapamu. Tapi apapun itu, aku harap aku bisa sempat menyapamu langsung sebelum akhirnya aku tak bisa seperti sekarang ini. Aku belum sempat menemuimu bahkan setelah ratusan kali Ka Ana berkoar koar mengajakku secepatnya liburan ke Malaysia. Aku belum sempat menemuimu bahkan setelah aku, papa dan mama sudah pernah berencana merayakan lebaran bersamamu. Aku belum sempat menemuimu bahkan setelah mama sudah melakukannya. Dan itu salah satu alasan besarku menangis sekarang.

Aku ingin terus menjadi anak kecil yang menghabiskan detik hari bersamamu. Aku benci menjadi besar. Aku mau kamu, aku, dan kita semua dulu. Aku rindu. Aku mau kita membuat kue pistel bersama dan yang kubuat hanya bagian tepungnya tanpa isi karena aku tak suka sayuran untuk isinya. Aku ingin dijahitkan baju olehmu. Aku ingin duduk disajikan wejangan nasehat olehmu dan Om Djama. Aku rindu kamu dan rumah besar yang sudah seperti istana kita. Istana anak anak. Ya, kita semua masih anak anak. Termasuk lima orang anakmu. Aku rindu.

Sekarang aku hanya punya satu alasan untuk berhenti menangis. Alasan itu datang dari seseorang saat ia memastikan aku tidak terlalu sedih, karena akan ada saat dimana sedih sungguhnya datang. Akan ada saatnya rasa sedih benar benar utuh menyerang dan aku mampu menangis selama seminggu tanpa henti. Dan tepat saat itulah aku berhenti menangis, lalu ingin pulang dan memeluk papa mama dan tak mau kulepas lagi.

Innalilahi wa innailaihi rajiun.

Semoga amal ibadahmu diterima dan diberikan tempat paling baik bersama orang orang paling baik disana.

Kiriman doa terbaik untukmu.

Selamat malam, Mama Ari :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar