Sabtu, 21 September 2013

Catatan Manusia Patah

Catatan yang harus dicatat karena tercatat sebagai catatan penting

Jakarta
Sekitar pukul satu malam
Sepuluh Mei Dua Ribu Tiga Belas

Satu
Catatan ini penting, sepenting rokok yang harus aku bawa ketika buang air besar seperti sekarang ini

Dua
Buku catatan ini menjadi sama penting dengan rokok untuk dibawa karena aku harus segera membakar dan menghisap isi kepalaku sendiri, lalu membuang abunya ke atas kertas ini sebagai surat

Tiga
Aku harus segera mencatat catatan ini setelah mengendap-endap ke kamarmu untuk meminjam korek api karena korek apiku hilang, sebelum kamu pulang dan mengubah isi kepalaku seperti semula ketika catatan ini belum ada di dalamnya

Empat
Ini sudah rokok kedua di atas kloset sambil memangku buku catatan dan aku harus segera menuliskan pesan yang sesungguhnya ditujukan padamu

Lima
Aku ingin kamu tahu kalau aku sudah menduga semuanya, dan kamu seharusnya sudah tahu kalau aku baik-baik saja selama kamu merasa semua ini baik-baik saja untuk dilakukan

Enam
Kamu tidak bisa menghancurkan sesuatu yang memang sudah hancur, karena pot bunga yang terbelah dua dan pot bunga yang hancur berkeping-keping hanya akan diketahui sebagai pot bunga yang pecah, demikianlah aku; pot bunga itu

Tujuh
Lorong menuju pulang yang gelap tadi sempat menggelapkan harapanku dengan bayangan bahwa apa yang aku ketahui bukanlah kebenaran, tapi begitulah kebenaran yang ada, bahwa harapanku bukan salah satu di antaranya

Delapan
Aku ingin menyampaikan catatan ini langsung kepadamu sesegera aku mencatatnya di kamar mandi seperti ini, tapi kamu belum juga pulang dan mataku ingin segera mengawini kasurku

Sembilan
Ini sudah batang rokok ketiga di atas kloset dan tak ada lagi yang ingin aku buang termasuk pikiranku atau catatan ini sekalipun

Sepuluh
Angkanya sudah genap lagi dan kamu harus paham bahwa aku adalah manusia, meski manusia patah sekalipun, jika saja kamu lupa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar