Selasa, 25 Juni 2013

Adakah Di Sini

Adakah di sini, trotoar yang ramah dan mau diajak bicara?

Biasanya aku mampu menuturkan dongeng-dongeng sepanjang belasan kilometer jalan raya, agar lukaku bisa tertidur pulas.

Biasanya aku berdansa di bawah lampu-lampu jalan yang nyalanya redam, seperti bola mata yang aku sembunyikan dengan memejam kelopaknya.

Di sini aku hanya bisa bernyanyi di dalam hati sepanjang jalan pulang, menuju rumah yang tak pernah sampai, dengan betis-betis yang terbalut lelah dan isi kepala yang diselimuti mendung.

Di lorong-lorong yang tak punya cahaya redam sekalipun, aku tak punya bayangan, kecuali sepi dan rindu.

Rindu bahu-bahu tabah yang senantiasa rela menjadi muara air mataku.

Rindu lengan-lengan hangat yang senantiasa mempertahankan kewarasanku.

Adakah di sini, cangkir-cangkir kopi yang sedia berkelahi dengan kabut menjelang subuh, yang mau diajak berteman?

Sementara mencari trotoar yang bersahabat saja sulit, bagaimana mungkin mencari rumah yang lengan-lengannya lapang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar