Kamis, 15 November 2012

Tertanggal; 13 November 2012


Setelah selama hampir empat tahun berkutat dengan sebuah konsep pengetahuan yang berisi bahwa semua variabel perilaku memiliki serangkaian indikator tertentu, saya akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa sesungguhnya tidak semua hal di dunia ini memiliki indikator yang pasti.

Beberapa hari yang lalu saya baru saja melupakan ulang tahun salah seorang teman dekat saya. Bukannya saya lupa kapan tanggal ulang tahunnya, melainkan tepat pada tanggal ulang tahunnya, saya tidak ingat itu tanggal berapa. Ketika menyadarinya, waktu sudah menunjukkan pukul 00.06 pada keesokan hari setelah ulang tahunnya. Saya pikir, saya bahkan sudah telat tujuh menit untuk memberi ucapan selamat ulang tahun sebagai orang terakhir.

Sayangnya, teman saya ini bukan sekedar teman yang secara kuantitatif paling banyak menghabiskan waktu bersama saya. Bukan sekedar pendengar yang baik. Bukan sekedar tembok yang kokoh untuk disandari. Bukan sekedar keluarga atau kakak beda darah seperti yang sering orang-orang istilahkan. Dia adalah idola saya. Idola yang saya tetapkan bagi diri saya sendiri karena merupakan satu-satunya orang paling sederhana yang pernah saya temukan di antara sekian banyak orang yang pernah saya temui. Dia adalah orang dengan kepribadian paling mewah yang pernah saya kenal. Dan pada banyak waktu, saya berharap bisa mewarisi sedikit kepribadiannya itu untuk mengisi sebagian tempat dari keseluruhan kepribadian saya.

Anehnya, tepat pada hari dimana dia merayakan ulang tahunnya yang ke 21, saya masih berkomunikasi dengannya. Komunikasi berisi tawaran pekerjaan dari saya untuknya. Sederhana, saya hanya mendapat tawaran magang, sementara saya sudah magang di tempat lain, dan tanpa berlama-lama mengambil keputusan, saya alihkan tawaran itu kepadanya. Lebih sederhana lagi, otak saya bekerja secara spontan menampilkan sosoknya paling pertama untuk ditawari, sementara ada banyak nama lainnya yang sebenarnya muncul namun entah kenapa saya kesampingkan. Saya merasa dia yang lebih pantas mendapatkan keberuntungan itu. Saya merasa saya memang mengutamakan dia. Mungkin karena saya memang menyayanginya.

Saya melupakan hari ulang tahunnya dan tidak menyampaikan doa apapun kepadanya tepat waktu. Tapi saya memperhatikan keadaan dan kebutuhannya. Lalu bagaimana sesungguhnya orang mengukur variabel rasa sayang jika indikator yang saya tunjukkan sekabur itu?

Saya rasa banyak hal yang memang diciptakan untuk hanya berada di dalam hati. Hal-hal itu diciptakan tidak sepaket dengan tanda-tanda yang menyertainya. Dan ini bukan pengalaman pertama saya dalam hal ketidakmampuan untuk mengukur suatu hal dari apa-apa yang ditunjukkan. Banyak hal yang sesunggunya YA tetapi diikuti oleh sekumpulan tanda-tanda TIDAK. Banyak hal yang sebenarnya A dengan indikator yang menunjukkan B. Banyak hal yang 1 namun tampak seperti 2.

Saya merasa gagal. Anggap saja ini hadiah ulang tahun dari saya untuknya.

2 komentar:

  1. ucapan selamat ulang tahun tepat pada waktunya bukan satu-satunya indikator ..
    makasih ucapan telat ulang tahunnya kmrn bonceel ... :*

    BalasHapus