Selasa, 12 Juni 2012

Di Antaranya

Selasa, 5 Juni 2012.
Sekitar 15.30.

"Jadinya nanti malem aja ya."
"Kenapa?"
"Aku masih nemenin Tio ke perusahaan tempat dia magang kemaren."
"Ngapain sih? Lama banget."
"Hahahahaha... Aku sayang kamu."
"Iya. Mau jam berapa nanti dijemput?"
"Jam 7 aja ya."
"Oke."

Aku menjauhkan lagi handphone-ku dengan sedikit melemparnya ke pojokan tempat tidur setelah sebuah BBM yang baru saja mengagetkanku itu. Aku kembali menggeliat di atas kasur, membenarkan posisi tidur sampai paling nyaman dan berniat melanjutkan tidur. Tak apalah, masih sore dan janji bertemuku dengan Eny ditunda sampai nanti malam. Lagipula aku belum tidur semalaman dan malah langsung melanjutkan aktivitas dengan kuliah jam 7 sampai jam setengah 10 tadi. Rasanya agak sedikit lapar, tapi akan kutahan. Perasaan ngantukku sudah membabi buta.

Eny adalah adik angkatanku di kampus. Belum lama aku mengenalnya. Tidak begitu cantik, tapi sangat menarik dan sudah punya pacar. Siapa yang peduli, aku memang pecinta wanita. Aku punya setumpuk aspek yang bisa kuapresiasi dari makhluk yang bernama wanita, tidak hanya satu atau dua aspek. itu sebabnya aku mudah menyukai wanita. Kemampuan kognitif yang lebih dalam hal mengapresiasi wanita itu untungnya didukung oleh keterampilanku yang juga tergolong lebih dalam hal mendekati dan mengambil hati mereka. Hasil dari semua itu, aku menciptakan sebuah alasan bagus untuk dikutuk-kutuk oleh para wanita atas banyanya kisah yang aku lewati dan hobiku menggantung semuanya.

.....


Rabu, 6 Juni 2012
Sekitar 14.00.

"Temenin aku, mau?"
"Kemana?"
"Ke tempat sodaraku. Terus jenguk sepupuku ke rumah sakit."
"Sekarang?"
"Iya, mau?"
"Iya. Aku mandi dulu ya. Baru bangun."
"Iya, nanti aku ke kosmu dulu."
"Oh, ga kujemput?"
"Ga usah, aku ke kamu aja ga apa-apa."
"Ya udah oke, aku tunggu."

Aku meletakkan handphone, mengambil handuk dan menuju kamar mandi. Aku bergegas secepat mungkin meskipun mandiku akan tetap lama dan tidak banyak berubah durasinya di saat aku terburu-buru seperti ini. Memang aneh, tapi begitulah adanya. Sebagai laki-laki, mandiku lama dan selalu menjadi bahan gunjingan salah seorang temanku yang berjenis kelamin perempuan yang selalu mengaku bahwa waktu terbaik untuk tidur adalah saat menungguku mandi. Di samping itu aku sesungguhnya tak tahu mengapa aku bergegas seperti ini. Mungkin karena aku jatuh cinta, sampai-sampai pertemuan dengan Rinda menjadi stimulus yang baik untuk membangkitkanku dari kemalasan yang sudah menjadi rutinitas.

Sesungguhnya aku kembali bingung jika mengakui aku jatuh cinta. Bukannya aku memang selalu jatuh cinta? Lalu mengapa aku punya reaksi yang agak sedikit berbeda dan mungkin berlebihan untuk ini? Mungkin karena aku jatuh cinta untuk kesekian kalinya pada satu orang yang sama. Ya, Rinda memang bukan orang baru. Selain karena dia memang teman seangkatanku yang notabene sudah kukenal sepanjang tahun-tahun aku menempuh pendidikan di kampus, aku juga sudah lama dekat dengannya. Hitungan tahun. Tak ada yang jelas di antara kita, hanya permainan-permainan rasa kecil-kecilan yang kita tahan untuk menjadi semakin dalam. Itu sebabnya tak pernah ada kejelasan di antara kita. Mungkin juga karena keadaan, di saat salah satu pihak sedang punya pacar sehingga semuanya tetap bertahan di ladang gantung.

.....


Selasa, 5 Juni 2012.
Sekitar 20.15.

Aku dan Eny sudah duduk di sebuah rumah makan bernuansa pedesaan dengan kolam-kolam pemancingan ikan dan obor serta lilin di sekelilingnya yang memberi nuansa cahaya dominan orange. Tak ada pembahasan penting yang kami lemparkan satu sama lain selama makan malam itu. Hanya cerita-cerita sederhana tentang aktivitas sehari-hari dan lelucon-lelucon aneh. Pada beberapa waktu aku menatap dalam-dalam matanya yang sedang bersinar di tengah tawa. Sekedar mencari-cari adakah alasan yang mungkin bisa kutemukan dan kuubah menjadi keyakinan untuk melabuhkan diri padanya. Ternyata masih kosong. Seperti yang kulihat di mata milik wanita-wanita lainnya yang bersamaku dulu dan bahkan sekarang ini.

"Aku serius sayang sama kamu."

Aku hanya tersenyum.

"Terima kasih."

Aku kembali tersenyum padanya.

"Aku mau ninggalin Tio buat kamu."
"Ga usah gegabah begitu. Kita jalani aja dulu."

Eny menunduk dengan perasaan yang aku tahu pasti sedikit kecewa. Aku lalu mengusap-ngusap tangannya.

"Aku juga sayang kok sama kamu."

.....


Rabu, 6 Juni 2012.
Sekitar 19.15.

Sudah seharian aku menemani Rinda. Dari mengunjungi rumah keluarganya untuk mengurus hal-hal yang aku sendiri pun tak paham dalam rangka persiapan sebuah acara keluarga besarnya, sampai menuju rumah sakit untuk menjengkuk sepupunya yang sedang dirawat. Aku dan Rinda akhirnya berakhir di sebuah kursi yang agak jauh dari kamar sepupunya di rumah sakit. Kami hanya duduk dan terdiam, mungkin kelelahan. Keluarga Rinda ramai sekali di sana, itu sebabnya kami duduk agak menjauh. Sesungguhnya aku merasa sedikit bosan, tapi tak apa lah.

"Kamu mau aku kayak gimana?"
"Gimana apanya?"
"Kita ga usah lagi membicarakan perasaan menahun yang kita simpan dan kita berdua sudah sama-sama tahu."
"Lalu?"
"Aku bicara tentang keadaan. Kamu mau kita bagaimana?"

Aku tersenyum dan menatap matanya dalam-dalam. Aku pikir kali ini akan berbeda dan aku akan mendapatkan keyakinan yang aku cari-cari. Ternyata masih saja kosong yang kutemukan. Aku lalu memeluknya. Selebihnya hanya diam yang tertinggal.

.....


Kamis, 7 Juni 2012.
Sekitar 11.00.

Baru sekitar 20 menit setelah aku terbangun. Aku lalu duduk di depan komputerku dan bermain game. Seperti inilah pekerjaan mahasiswa tingkat akhir. Tiba-tiba aku mendengar rentetan suara penanda BBM masuk dan menggangguku. Di layar tertulis nama Gina. Di samping itu aku lihat ada DM twitter dengan nama yang Silla yang terpampang.

Dan hariku dimulai lagi seperti biasanya.

.....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar