Rabu, 14 Agustus 2013

Trilogi Kehilangan: Bagian Dua

Sepotong puisi untukmu:



Aku menuliskan ini ketika jam yang tak pernah berbunyi
seharusnya akan bedentang dua belas kali

Dua menit lagi, sudut-sudut dunia akan merayakan
apa-apa yang seharusnya dirayakan

Sudut kepalaku merayakan kecemasan

Harapan-harapan ramai berdatangan
bukan sebagai ingatan dari desa belakang gunung
tapi sebagai ketiadaan dari desa depan sungai
mengetuk pintu, menyalakan lilin tubuhnya sendiri
lalu meniupnya sampai mati sebelum meleleh habis

Kemudian gelap

Kemudian senyap

Lalu balon yang digenggam tangan
yang telah mendorongku jatuh ke liang paling dalam meletus

DOR!!!

Potongan-potongan kehilangan berhamburan di depan mata,
mengaburkan pandangan atas langkah-langkah kaki seseorang
di depanku yang tengah berlari

Semakin jauh menghilang




Jakarta, 13 Agustus 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar