Rabu, 20 Februari 2013

Music Speaks


Saya membuat tulisan ini setelah saya baru saja selesai membaca buku kumpulan cerita 'Memoritmo'. Buku ini adalah proyek yang digagas oleh Maradilla Syachridar dan melibatkan tiga belas musisi -- atau walaupun bukan musisi secara langsung, mereka adalah orang-orang yang kesehariannya berkecimpung dekat dengan dunia musik -- lainnya. Buku ini berisi cerita-cerita para penulis tentang bagaimana sebuah lagu mempengaruhi keseluruhan kehidupan mereka, bagaimana ia melekat di kepala dan dengan mudah memanggil kembali berbagai memori khusus yang ikut serta di dalam lagu tersebut. Selain foto dan tulisan, lagu memang salah satu benda mati yang mampu menjelma menjadi mesin waktu. Ia dapat memanggil kembali berbagai ingatan dan membuat kita merasakan berbagai sensasi yang sama persis ketika kejadian di dalam ingatan itu terjadi.

Saya termasuk pecinta musik, atau paling tidak, demikianlah saya sering mengaku. Lahir dari keluarga yang bukan musisi dan tidak begitu mengerti musik, saya justru orang yang tidak mampu lepas dari musik. Sampai sekarang, satu-satunya majalah yang sudi saya beli cetakannya dan tidak mengharapkan versi online-nya hanyalah majalah RollingStone. Saya adalah orang Ambon yang meskipun katanya pasti memiliki darah yang sudah tercampur unsur musik di dalamnya, lahir dari ayah yang tidak bisa bermain alat musik, bahkan gitar. Itu membuat saya harus membeli buku-buku tutorial belajar bermain gitar untuk sekadar memanfaatkan sebuah gitar milik kakak sepupu yang ada di rumah dengan menghafal letak di mana saja jari harus ditempatkan di atas senar untuk paling tidak mengiringi saya bernyanyi, tidak perlu menjadi ahli dalam bermain gitar.

Saya besar dengan album-album The Beatles dan Ebiet G Ade milik mama mengiring setiap saya akan tidur siang. Itu membuat saya mampu mengenali setiap lagu yang dimainkan Opa Peter dengan gitar dan harmonikanya setiap ia mengamen, meskipun tidak benar-benar hafal dan tepat ketika menebak judulnya. Sedikit tentang Opa Peter, begitulah saya biasa memanggilnya. Ia seorang pengamen yang biasa beraksi di sekitar Jalan Kaliurang Km 5, Yogyakarta. Potongan rambutnya seperti anggota The Beatles dan dia hanya memainkan lagu-lagu band legendaris itu dengan gitar dan harmonikanya, tanpa vokal.

Saya mulai mengenal musik secara mandiri mungkin ketika sekolah dasar. Membeli album-album Westlife yang saya hafal semua lagunya meskipun belum paham apa arti liriknya. Mulai mendengar Sheila On 7 dan dengan bangga menyanyikan Just For My Mom dengan pemahaman akan lirik yang sudah cukup. Lalu dicekoki Nirvana oleh kakak sepupu laki-laki saya, sampai-sampai saya mampu mencintai Foo Fighters dan band apapun yang dijadikan payung oleh Dave Grohl. Tapi tidak seperti Eross Chandra di Memoritmo, saya tidak akan mengulas salah satu lagu The Beatles untuk dijadikan lagu yang paling mempengaruhi hidup saya. Setelah membaca habis Memoritmo, saya menyalakan playlist di handphone saya dan secara random sampai pada Don't Go Away milik Oasis. Pikiran saya yang masih sibuk melamunkan isi buku itu langsung berpindah pada suatu momen lain di dalam ingatan saya ketika lagu itu diputar.

Don't Go Away adalah lagu yang ditulis oleh lead guitar Oasis, Noel Gallagher. Rilis pada Februari 1998 bersama album ketiga Oasis, Be Here Now, dan direkam sepanjang akhir 1996 sampai pertengahan 1997. Ada satu memori yang sangat melekat dengan lagu ini bagi saya. Ada sesuatu adegan yang saya lihat dan saya susun di dalam kepala saya dan sensasinya bisa ditangkap oleh semua indera saya. Lagu ini mengingatkan saya tentang salah satu sahabat saya. Tulisan setelah ini mungkin akan terlihat lebih fiksi. Tapi, seperti inilah potongan kejadian yang saya lihat di dalam kepala saya dan seperti inilah perasaan yang mengikutinya.

Kami adalah sepasang sahabat. Di sekitar kami, ada beberapa orang-orang terbaik lain yang pernah kami temukan di dalam hidup kami. Semuanya baik-baik saja bagi kami semua, berbagi berbagai hal, saling mengenal sampai inci-inci diri terdalam, membunuh waktu bersama, melafalkan mimpi-mimpi sesering mungkin, dan hal wajar lain yang biasa sekelompok sahabat lakukan. Semuanya baik-baik saja bagi saya dan dia, sampai akhirnya ada perasaan-perasaan liar muncul di dalam hati saya. Semuanya baik-baik saja bagi saya dan dia, sampai saya punya harapan besar untuk dapat diselamatkan oleh pelukannya, bukan hanya oleh bantal dan selimut yang selama ini ia relakan untuk dibasahi oleh air mata dan ingus saya ketika saya sedang tidak dalam keadaan baik.

Entah bagaimana lagu ini bisa membuat saya begitu mengingatnya, di antara lagu-lagu lain dengan lirik yang mungkin lebih pas menceritakaan kisah kami, atau dari sekian banyak lagu yang biasa kami nyanyikan bersama, atau juga dari sekian banyak lagu yang sedang saya suka dengarkan ketika saya jatuh cinta padanya. Pikiran saya sering sampai pada adegan di mana kami berdua sedang duduk di kamarnya, sewajarnya melakukan apa yang biasa kami lakukan, dan Don't Go Away melantun dari speaker komputer miliknya. Lalu kami akan sama-sama menyanyikannya seakan saling memberi pesan yang tidak dapat kami sampaikan langsung lewat kalimat-kalimat yang normal.

So don't go away say what you say 
But say that you'll stay 
Forever and a day in the time of my life 
'Cause I need more time, yes I need more time 
Just to make things right

Kami sama-sama manusia biasa yang pasti hidup dengan beberapa hal yang acak-acakan, misalnya saja masa lalu. Kami seperti sama-sama tidak siap untuk keluar dari satu titik aman untuk menuju ke satu titik nyaman meskipun kami tahu kami butuh melakukan hal itu. Mungkin ini hanya harapan saya, atau ini memang terjadi, saya tidak tahu karena tidak pernah sempat ada diam yang benar-benar lenyap di antara kami. Ingatan bukan hanya tentang kejadian, tapi juga perasaan dan harapan yang mengikutinya, bukan? Kami terus bernyanyi bersama tentang meminta waktu lebih untuk merapikan semua yang acak-acakan agar menjadi benar-benar siap, sampai akhirnya semua waktu yang disediakan semesta untuk kami berdua habis tak bersisa. Tak ada yang tertinggal, kecuali kesempatan yang telah terlewat.

Hanya sebatas itulah memori yang ada dan mengalir keluar lewat lagu ini. Lebih dari itu, hanya bagian lirik "cold and frosty morning, there's not a lot to say about the things caught in my mind..." yang sering membawa saya ke sebuah pantai ketika kami semua sedang mengejar matahari terbit. Ketika itu pagi mulai menjelang setelah semalaman kami semua menghabiskan sekian banyak lagu di bawah langit yang bintangnya sangat banyak dan terang. Ketika itu salah satu teman saya memainkan gitarnya dan menyanyikan lagu ini di tengah udara pagi yang memang cold dan frosty.  Dan ketika itu saya dan dia masih saja ada di dalam diam tanpa tahu apa yang harus dikatakan kepada satu sama lain.

Semua memang akan baik-baik saja. Kami semua sekarang baik-baik saja seperti biasa. Kami berdua pun demikian. Yang ada hanya beberapa lagu yang senang menjahili saya untuk mengingat kembali berbagai ingatan. Ingatan tentang apapun yang terselip di alam sadar maupun bawah sadar saya tentang potongan sekian banyak memori yang pernah manjadi bagian dari pengalaman yang pernah saya alami sepanjang hidup saya yang baru dua puluh satu tahun ini. Saya masih percaya bahwa hal buruk yang paling menyakitkan sekalipun akan mencapai waktu di mana kita hanya akan tertawa ketika mengingatnya. Maka lagu dapat membuat saya tertawa-tawa sendiri di tengah nyanyian atau lamunan saya seiring saya mendengarkannya.

Memilih satu saja lagu yang paling mempengaruhi hidup atau satu saja lagu yang memiliki memori paling kuat melekat padanya memang sulit. Sangat sulit malah. Semua orang punya banyak tabungan lagu yang masing-masing memuat memori-memori tertentu yang mungkin sama kuat melekatnya satu dengan yang lain. Dan saya mengulas lagu ini hanya karena kebetulan sedang saya dengarkan, dan lagu ini memang membawa saya membuka lembar ingatan tertentu. Yes, music speaks. Ia mengungkapkan kepada orang lain apa yang tidak bisa kita ungkapkan langsung, atau paling tidak, ia senang berbicara pada diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar