Senin, 07 Mei 2012

Ini Bukan Cinta




"aku mau secangkir kopi hitam. tanpa gula."

..........

jam 12 lewat 30 menit dini hari. aku beranjak dari depan laptop yang sudah menyala sejak sore. tulisanku bahkan belum selesai. baru tiga halaman script dengan deadline satu script utuh untuk nanti sore. kubiarkan laptop tetap menyala, melapisi boxer dengan celana jeans panjang, memakai jaket dan sepatu, lalu meninggalkan kamar. aku akan menunggumu malam ini, sebelum kamu dan watak cerewet standar wanitamu harus melayangkan beberapa pesan BBM dan telepon penuh omelan karena aku terlambat seperti biasanya.

aku tiba di cafe tempat biasa kamu selalu merengek untuk bertemu jika ada kegalauan yang harus kamu bagi denganku. cafe kecil itu ramai, semakin larut semakin ramai seperti biasa. aku memilih duduk di sudut ruangan, meminta asbak, dan membuka pesan BBM-mu yang kurasa masuk saat aku di perjalanan. aku hanya duduk menanti kamu datang, wanita yang entah siapaku, tanpa memesan apa-apa. semoga nanti pipi dan bibirmu merah seperti biasa.

lebih dari 15 menit aku merokok sampai akhirnya sosokmu muncul. dengan langkah agak terburu-buru kamu menghampiri mejaku, memilih duduk bersisian daripada berhadapan denganku, memeluk lenganku, lalu sesaat menenggelamkan wajahmu di bahuku. tidak lebih dari semenit selanjutnya kamu mengangkat wajahmu, lalu mulai bercerita panjang lebar tentang entah apalah. bukannya tidak peduli atau terdistorsi hal lain, aku justru seakan merasa bosan. seperti aku sudah tahu apa yang bahkan belum kamu ucapkan, dan untuk didengar lagi, bosan tentu akan terasa.

kamu menjeda ceritamu dan memanggil pelayan, memesan sepiring spagheti dan ice chocolate, tersenyum pada pelayan itu, lalu berbalik menatapku. aku masih terus menarik dan menghembuskan asap rokok sampai akhirnya kamu merogoh tas dan ikut membakar sebatang. rokok di tangan kirimu tak membuat tangan kananmu lepas memeluk lenganku, lalu kamu mulai berbicara lagi. aku bahkan tak merespon apa-apa atas ceritamu, hanya beberapa waktu tersenyum, beberapa waktu menatapmu, dan banyak waktu membuang pandangan ke arah lain namun tetap menyimakmu.

interaksi pasif ini akhirnya diinterupsi oleh sajian spagheti dan ice chocolate yang dibawa oleh pelayan. kamu berhenti bicara, mematikan rokok dan mulai melahap makanan yang ada.

..........

interaksi ini bukannya pasif. hanya saja terlihat pasif. siapa yang tahu seberapa besar perhatian yang sebenarnya aku berikan padamu dan seberapa besar perhatian yang kamu rasakan melalui tatapan-tatapan yang selalu kubuang jauh saat kamu bercerita?

sudah lebih dari lima tahun sejak pertama kali aku bertemu dengamu dan semesta menggiring kita untuk menjalani berbagai kisah bersama. aku bahkan sudah tidak bisa menghitung ini cerita patah hati keberapa yang kamu bagi denganku di tengah malam buta di sudut sebuah cafe kecil yang selalu sama. aku bahkan sudah tidak bisa menghitung punyaku. aku tak mampu lagi menghitung, bukan hanya kisah patah hati keberapa, tapi kisah jatuh cinta atau kisah apapun itu. aku hanya tahu aku bersamamu. selalu. setiap saat.

aku sudah membagi lengan dan bahuku denganmu selama bertahun-tahun. aku sudah membunuh sebagian besar waktuku denganmu. aku sudah jatuh dan hancur berkali-kali bersamamu, dan pada akhirnya hanya denganmu juga aku akan kembali pulang dan mereparasi diri. begitu juga kamu. selalu seperti itu. aku sudah mencintai beberapa wanita dengan kadar cinta paling tinggi beberapa kali dengan akhir cerita kebersamaan akan selalu kembali pada pelukanmu. begitu juga kamu. selalu seperti itu.

entah seperti apa aku seharusnya mendefinisikan dirimu. aku rasa tak ada. sebagai penulis aku tahu tak akan ada rangkaian kata yang benar-benar mampu mengungkap makna. makna hanya akan ada di dalam diri, di dalam hati. dan tak ada perilaku apapun yang bisa mengindikasikan isi hati dengan valid.

aku bukan kekasihmu, meskipun untuk menjadi sahabat pun ikatan ini sudah keterlaluan. tapi aku rasa aku juga tak perlu mendefinisikanmu. aku sudah bosan mencintai, meskipun aku tak pernah benar-benar tahu apa arti cinta. aku tak butuh romantisme atau kasih sayang yang didramatisir sedemikian rupa. aku rasa aku tak butuh apapun kecuali sesuatu yang ada di dalam diriku yang hanya aku yang tahu. yang bahkan tak bisa kugambarkan dengan cara apapun. aku tak butuh kesempurnaan yang membosankan itu. aku hanya butuh kenyamanan dan saling pengertian. aku tak butuh kekasih, aku hanya butuh teman hidup.

karena itu aku butuh kamu. suruh aku ceritakan seluruh kisah perjalanan hidupku, aku akan melihat sebuah gambaran yang tumpang tindih dan tidak teratur. tapi tanyakan apa yang aku lihat di masa depan, maka akan kujawab aku melihat gambaran dirimu.

..........

kamu menelan suapan terakhir spagheti lalu meneguk ice chocolate dengan khidmat. kamu akan membakar sebatang rokok lagi ketika kamu menyempatkan menatap mataku beberapa detik. lalu kamu sadar aku belum memesan apa-apa dan menawarkanku memesan.

"kamu ga pesen? pesen ya? kopi item ga pake gula."
"yaudah boleh."
"kenapa sih suka banget?"
"soalnya..."
"...ga manis malah pait, ga sempurna. tapi nikmat, udah pas dan nyaman."

aku lalu tersenyum, mengusap kepalamu, membakar sebatang rokok lagi, merogoh saku dan membalas bbm pacarku yang katanya tak bisa tidur. sisanya, hanya akan ada pagi yang aku dan kamu jemput bersama, lagi dan lagi.

..........

malam itu ada langit yang hitam kental. purnama yang penuh seakan mau tumpah. lampu-lampu jalan dan cafe yang merona jingga. waktu-waktu menjelang pagi yang sama seperti banyak waktu lainnya yang kita bunuh dengan kebersamaan. ikatan batin yang selamanya tak akan terdefiniskan. dan kamu, yang teryakini akan selalu siap berdiri selamanya, seperti selama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar