Senin, 07 Mei 2012

Sedari Mimpi

Aku seorang putri bergaun abu-abu. Aku tidak memakai sepatu. Aku suka rasa rumput basah pagi hari di telapak kakiku. Gaunku panjang, semata kaki. Roknya merekah lebar seperti kelopak hatiku setiap saat aku melihat langit fajar mulai menguning. Rambutku diikat setengah. Setengahnya lagi terurai. Kupu-kupu suka singgah di sana. Aku bukan peri, bukan juga Cupid. Justru aku korban panah Cupid. Sayap Cupid suka tersangkut di rambut keritingku saat terbang mengelilingiku. Itu sebabnya sasaran panahnya suka meleset. tapi tak apa, semuanya indah kecuali senja yang gerimis. Bahkan kisah cinta yang meleset juga indah.

Bulu mataku panjang walaupun tidak terlalu tebal. Aku jadi sering merasa keberatan membuka mata. Paling berat aku rasakan saat aku sedang bermimpi tentangmu. Aku pernah bermimpi mencintaimu. Sudah lama sekali. Kamu pangeran tampan yang bahkan tidak menunggangi kuda putih. Kamu tiba-tiba saja sudah ada di dalam hatiku, entah mengendarai apa. Besoknya aku bangun dan sayap Cupid masih saja sering tersangkut saat terbang mengelilingiku. Kamu tidak ada di depanku saat aku terbangun. Kamu hanya ada di dalam hati dan mimpiku. Duduk di atas keplopak hatiku yang mekar bersama fajar. Sejak saat itu, aku melihat pelangi di mana-mana. Padahal tidak hujan. Bahkan di cermin, ada pelangi yang kutemukan di mata orang di depanku.

Pagi ini langit sedih. Tangisannya deras sekali. Tapi gaunku masih abu-abu dan rambutku masih setengah terurai. Kelopak hatiku tetap mekar setiap pagi, bahkan semakin lebar pagi ini. Mataku berat dibuka, tapi aku senang kamu kini benar ada di hadapanku. Aku melihat ke dalam hatiku dan kamu juga ada di sana. Kamu ada dua. Bahkan tiga kalau saja aku ingat ada kamu atau tidak di mimpiku tadi malam. Kita duduk di teras dengan kaki-kaki telanjang kita mencicipi tetes-tetes hujan. Ada kupu-kupu yang tersangkut di rambutku. Aku jadi seperti memakai hiasan rambut. Cupid tidak datang. Kata kupu-kupu, dia senang akhirnya tidak meleset memanah untukku lagi. Jadi dia pergi memanah untuk orang lain. Rumput-rumput senyum-senyum. Katanya setelah hujan reda, mereka mau cepat-cepat menggelitik telapak kakiku dan memelukku bersama pelangi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar