Rabu, 17 Oktober 2012

Surat No. 17

Selamat malam.
Bersama sapa ini aku sampaikan pucuk kesekian dari surat-surat yang tak pernah aku kirimkan kepadamu.
Bersama malam ini aku berharap dapat mengingatkanmu tentang bintang-bintang paling terang yang pernah kita tonton bersama di teater tepian pantai.
Bagaimana keadaanmu?
Sudah seharusnya lebih baik dari keadaanku karena kamu biasanya selalu mampu menyelamatkanku dari monster-monster persoalan yang menggerogoti keadaan baikku hanya dengan satu kalimat singkat.
Semalam aku memimpikanmu. Lagi.
Di dalam mimpi itu, kamu akhirnya menyisipkan sepenggal pesan untukku setelah diam yang kita lakoni sekian lama.
Pesan itu singkat. Sesingkat waktu yang kita miliki untuk menyanyikan lagu harapan tentang rasa yang kita endap.
Pesan itu singkat. Sesingkat usaha kita mempersiapkan hati masing-masing untuk menyambut hati satu sama lain sebelum akhirnya perkara lain datang lebih cepat dan mengambil kebersamaan kita bahkan sebelum kita sempat menyicipinya.
Pesan itu singkat. Sesingkat suratku kali ini.
Pesan itu adalah jawaban yang aku dan kamu sama-sama tak menginginkannya; "Berhentilah mencintaiku."
Maka demikianlah aku berusaha berhenti mencintaimu dan berjuang agar tidak akhirnya malah memulai untuk sangat mencintaimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar